Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 1 December 2010

6. Malam Kudus

Seperti sudah pernah saya utarakan sebelumnya, lagu Malam Kudus adalah lagu pertama yang saya pelajari ketika saya masih kecil. Lagu itu begitu indah dan menyentuh. Begini bunyinya dalam bahasa Indonesia.

Malam kudus, sunyi senyap; Dunia terlelap.
Hanya dua berjaga terus – ayah bunda mesra dan kudus;
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.

Malam kudus, sunyi senyap, Kabar Baik menggegap;
Bala sorga menyanyikannya, kaum gembala menyaksikannya
“Lahir Raja Syalom, lahir Raja Syalom!”

Malam kudus, sunyi senyap. Kurnia dan berkat
Tercermin bagi kami terus, di wajah-Mu, ya Anak kudus,
Cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.

Bukan hanya lagu ini yang membawa sukacita dan perdamaian, tetapi bagaimana lagu ini tercipta telah menjadi sebuah cerita yang banyak menjadi berkat bagi mereka yang membacanya. Mari kita tengok lagi secara sekilas.

Ada sebuah gereja kecil di daerah Oberndorf, yang ketika menjelang malam Natal orgelnya rusak. Tikus-tikus telah memakan bagian-bagian orgel tua itu sehingga kerusakannya memang betul-betul parah. Sementara tukang orgel berusaha memperbaiki, terpaksa ibadah pada malam hari tanggal 23 Desember dipindah ke rumah seorang pengusaha kaya. Pendeta Josepth Mohr juga ikut dalam ibadah itu. Setelah usai ibadah malam itu, pendeta Joseph Mohr mendaki sebuah bukit kecil. Di tengah malam itu, diantara tiupan angin malam yang dingin sepoi, dia memandang ke bawah. Kerlap-kerlip lampu minyak. Di langit yang cerah dia melihat kerlap-kerlip bintang bertaburan sangat banyak. Jiwanya tersentuh. Roh Tuhan hadir dan merasuki batinnya. Tiba di rumah dia tidak dapat segera tidur, namun menuliskan sebuah puisi… Malam Kudus.

Keesokan harinya puisi itu diserahkan kepada temannya Franz Gruber, yang saat itu menjadi kepala tim musik di gereja itu. Sambil memberikan lembaran kertas itu, pendeta Josepth Mohr berkata “Kalau mau tuliskan lagunya juga.” Franz Gruber setuju – maka terciptalah sebuah lagu indah yang tidak pernah lupa kita nyanyikan saat Natal – Malam Kudus.

Apakah semuanya itu sebuah kebetulan? Apakah sebuah kebetulan bahwa orgel besar itu rusak? Apakah sebuah kebetulan saja pendeta Joseph Mohr ikut beribadah di rumah usahawan dekat bukit kecil itu? Apakah sebuah kebetulan saja dia menaiki bukit dan memandang ke bawah dan ke langit? Apakah sebuah kebetulan bahwa temannya Franz Gruber bersedia membuatkan lagu? Bukan kebetulan? Kalau begitu kepada siapa kita akan mengucap syukur?

Kita hadir di dunia ini tidak pernah “kebetulan”. Ada maksud Allah di dalam kehidupan kita masing-masing. Cari dan temukan itu.

No comments:

Post a Comment