Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Friday 19 March 2010

Nia

Sebuah perjalanan panjang...
Berawal dari kabar mengejutkan lima tahun yang lalu
Pergumulan yang makin hari makin terasa berat dan lambat
Berakhir pada sebuah keterbatasan manusiawi-ragawi
Berawal pada sebuah kehidupan abadi

Benjolan itu memang tidak begitu keras. Sakit juga tidak. Namun karena curiga, Nia (bukan nama sebenarnya) mencoba memeriksakan juga ke dokter. Dari situlah diketahui bahwa tumor ganas mulai bercokol di dalam tubuhnya. Dari situlah dimulainya sebuah perjalanan panjang yang harus dia hadapi sendiri.

Nia belum terlalu tua. Umurnya mendekati 45 tahun. Walaupun bertubuh agak gemuk dan pendek, Nia adalah seorang perempuan yang hidup penuh keceriaan. Senyumnya hampir selalu menebar ketika diajak bicara, apalagi bercanda. Namun, ketika pekerjaan menuntut untuk serius, profilnya bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat ketus, tegas dan terkesan galak. Tidak sedikit rekan kerja dan orang-orang di luar perusahaan yang terkejut jika belum mengenal Nia dengan baik.

Ketika mendengar bahwa tumor itu ganas, saudara laki-laki Nia yang memang seorang dokter bedah onkologi menyarankan agar segera dibedah saja. Nia tidak mau. Banyak teman-teman juga memberi saran yang sama. Lebih baik melakukan tindakan medis daripada alternatif. Atau lakukan kedua-duanya. Nia tetap bersikukuh pada pendiriannya. Jalan alternatif yang dipilihnya.

Dari Sukabumi hingga Bekasi. Dari Surabaya hingga Madura. Dari daun ini dan itu. Berbagai hal dicobanya demi satu hal. Sembuh!

Ketika usahanya belum juga membuahkan hasil yang memadai, Nia mulai mengerti. Tubuhnya tidak dapat diajak untuk kompromi.

“Nia, apakah pengobatan alternatif itu berdampak signifikan?”
“Tidak pak. Hanya mencoba bertahan saja.”
“Kenapa tidak menggunakan jalur medis?”
“Tidak mau pak.”
“Kenapa? Bukankah ilmu kedokteran sudah cukup lumayan saat ini?”
“Tubuh ini adalah ciptaan Allah. Saya akan gunakan ciptaan Allah yang lain untuk mencoba mengobati tubuh ini. Kalau-pun gagal, itu adalah sudah menjadi kehendak-Nya.”

Tubuhnya semakin habis digerogoti penyakit itu. Hingga akhirnya pada tanggal 22 Februari 2010 dia menyerah. Pulang. Dia kembali kepada yang menciptakannya.

Dalam perjalanan menuju pekuburan sang kakak berbisik.
“Saya paling sedih dari semua saudara Nia.”
“Kenapa pak?”
“Saya seorang dokter bedah yang tidak dapat meyakinkan adik saya sendiri pentingnya tindakan medis sebelum terlambat.”
“Hidup dan mati di tangan Tuhan pak.”
“Betul. Tetapi bagaimana menjalani hidup adalah pilihan.”
“Iya pak. Nia sudah menentukan pilihannya sendiri. Dan dia tetap konsisten dengan pilihannya. Seharusnya bapak bangga dengan adik bapak ini.”

Suasana mendadak menjadi sunyi sepi. Angin sepoi tak mampu menghilangkan panasnya matahari yang begitu terik siang hari itu. Sesekali terdengar suara dahan saling bergesek. Ketika doa bersama mulai dilantunkan, sang kakak kembali berbisik.

“Dulu ketika saya sedikit memaksa Nia untuk operasi, dia bicara dengan sangat tegas bahkan cenderung keras….’Kalau Tuhan menghendaki saya sembuh.., saya akan sembuh!’”
“Ucapan yang sama juga pernah Nia katakan kepada saya.”

Apakah pilihan Nia adalah pilihan yang tepat? Saya tidak tahu dan tidak berani menghakimi. Sebuah pilihan antara hidup dan mati tentu sarat dengan pergumulan batin yang tidak ringan. Sering susah untuk dipahami.

Saturday 6 March 2010

Wawancara

Hari ini, Senin 4 Maret 1991 saya berkesempatan untuk melakukan wawancara penerimaan tenaga security, satpam untuk perusahaan di mana saya bekerja. Ada beberapa orang yang melamar. Wawancara yang saya tulis ini adalah wawancara dengan pelamar terakhir dan termuda.

“Selamat siang, pak.”
“Selamat siang. Silakan duduk. Coba anda jelaskan segala hal mengenai diri anda sendiri.”
“Baik pak. Nama saya Prima. Saya baru saja menyelesaikan SMA saya. Dan akhir Januari kemarin saya menyelesaikan pendidikan sebagai satpam selama satu bulan.”
“Di sini anda tinggal dengan siapa?”
“Saya tinggal dengan ibu saya, dekat Cikeas.”
“Ayah?”
“Sudah meninggal sejak saya masih SD pak.”
“Ibu kerja apa?”
“Tidak bekerja pak.”
“Kenapa anda ingin jadi tenaga satpam?”
“Saya sanggup pak.”
“Bagaimana anda tahu anda sanggup menjadi satpam perusahaan?”
“Saya punya tenaga pak. Saya masih muda pak. Saya sudah belajar selama satu bulan sebagai satpam.”
“Banyak godaan sebagai satpam. Anda tahu itu?”
“Tahu pak.”
“Apa itu?”
“Pagar makan tanaman pak.”


“Anda tahu arti nama anda?”
“Tahu pak.”
“Apa artinya?”
“Itu artinya yang utama, yang baik, yang bagus.”
“OK, apa yang utama menurutmu dalam hidup?”
“Jujur pak.”
“Kenapa harus jujur?”
“Pertama, karena orang tua saya mengajarkan itu. Dari sejak kecil sebelum ayah meninggal, ayah selalu memberi nasehat kepada saya agar saya selalu hidup dalam kejujuran. Walaupun kondisi ekonomi kami tidak baik, ayah selalu menekankan kejujuran itu kepada saya pak.”
“Yang kedua?”
“Kedua, karena kejujuran membawa hati lega. Bersih. Tidak terganggu.”


“Tadi anda katakan bahwa ibu tidak bekerja?”
“Benar pak.”
“Lalu untuk makan sehari-hari darimana kalian mendapat uang?”
“Saya nyopir pak.”
“Anda punya SIM?”
“Punya pak. A dan C.”
“Berapa penghasilanmu dengan nyopir tersebut?”
“Rata-rata dua ribu lima ratus pak”
“Sehari?”
“Iya pak.”
“Anda apakan uang itu?”
“Saya serahkan ke ibu pak.”
“Semua?”
“Ya pak. Semua.”
“Anda sendiri tidak memegang uang?”
“Ibu yang memberi saya balik.”
“Berapa?”
“Kadang seribu, kadang lima ratus.”


Tiba-tiba wajah Prima memerah. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya.
“Kenapa anda menangis?”
“Perih pak.”
“Apa yang perih?”
“Hidup pak.”


Suasana tiba-tiba menjadi hening sekali. Kepala HRD, dan kepala Satpam pun terdiam dan nampak menundukkan kepala mereka. Prima adalah satu-satunya orang yang kami terima sebagai tenaga satpam, dan masih terus bekerja dengan penuh kesetiaan hingga sekarang.

Tuesday 2 March 2010

Konfirmasi

Perbedaan bahasa, dapat membuat kebingungan dan kekacauan. Bahasa yang sama pun bila tanpa konfirmasi sering pula membawa malapetaka.

Wasiat tanggal 2 Februari 2010 memuat sebuah tulisan menarik dengan judul Animal Symbolicum. Berikut petikannya: “Istilah Animal symbolicum diperkenalkan oleh Ernst Cassirer di dalam buku An Essay on Man. Menurut Cassirer, manusia tidak sekadar merespons lingkungannya secara naluriah dan langsung, tetapi juga secara intelektual mampu memberikan respons interpretatif dan bahkan manipulatif. Dengan cara ini, manusia tidak hanya hidup dalam dunia fisik saja, tetapi juga hidup dalam dunia simbolik yang betul-betul khas manusiawi. Dari sinilah manusia menyusun realitas kebudayaannya yang secara umum merupakan hasil dari proses simbolisasi dalam hidup dan kehidupannya. Dari dasar pandangan ini, Ernst Cassirer kemudian menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, yakni hewan yang bersimbol, baik simbol bunyi (bahasa), angka, dan huruf, dan sebagainya.”

Walaupun manusia tidak sama dengan hewan, namun pernyataan Ernst ada benarnya bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang bersimbol, dapat menciptakan dan menggunakan simbol. Angka-angka yang digunakan dalam dunia matematika adalah simbol. Orang-orang Mesir kuno menggunakan gambar-gambar sebagai simbol dan cara berkomunikasi. Huruf pun sebetulnya adalah simbol, dan ketika huruf itu “dibunyikan” maka jadilah bahasa lisan. Di gereja pun banyak terdapat simbol-simbol. Tager GKI halaman 54 memuat arti dari simbol-simbol dalam logo GKI. Perahu melambangkan gereja Tuhan yang bergerak maju memenuhi tugas panggilannya di dunia dan pengakuan GKI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari gereja-gereja Tuhan untuk mewujudkan Gereja Yang Esa di Indonesia dan di dunia. Salib melambangkan kasih dan pengurbanan Tuhan Yesus Kristus yang menentukan jalan hidup GKI. Gelombang melambangkan dunia yang penuh tantangan dan peluang ke mana GKI diutus. Alfa dan Omega melambangkan Tuhan Allah yang kekal, yang berkuasa menetapkan dan menyertai seluruh perjalanan GKI. Masih banyak lagi penjelasan tentang simbol, termasuk warna liturgi dan gambar-gambar dalam stola yang dipakai oleh seorang pendeta.

Dikatakan di atas bahwa salah satu simbol yang banyak digunakan manusia adalah bahasa. Baik lisan maupun tulisan. Bahasa sangat ampuh dalam membantu manusia untuk mengungkapkan ide-idenya, jalan pikirannya, maupun perasaannya. Jika bahasa tidak dapat dimengerti satu sama lain, maka komunikasi menjadi kacau. Lihat cerita mengenai menara Babel. Kacau dan berantakan rencana mereka membangun menara ketika Tuhan mengacaukan bahasa mereka. Namun demikian, walaupun kita menggunakan bahasa yang sama, belum tentu semuanya akan aman tenteram. Karena bahasa adalah simbol, maka interpretasi terhadap bahasa bisa berbeda. Beberapa hari lalu, saya sempat dibuat stress oleh seorang pegawai kantor bagian pembelian bahan baku. Saya bertanya apakah kondisi bahan baku aman? Dia menjawab dengan yakin dan sigap, “Aman pak!” Kenyataanya, beberapa jam kemudian saya menerima telepon dari bagian produksi menanyakan posisi bahan baku yang baru saja saya tanyakan ke orang pembelian tersebut. Aman bagi saya berarti bahan baku sudah di dalam gudang dan siap untuk digunakan. Orang pembelian menganggap aman karena bahan baku akan masuk gudang besok pagi. Interpretasi kata (baca simbol) “aman” berbeda. Oleh karenanya timbul konflik. Disinilah diperlukan sebuah konfirmasi. Konfirmasi selalu diperlukan dalam sebuah komunikasi. Walaupun kita menggunakan bahasa yang sama, namun interpretasi bahasa tersebut bisa jadi berbeda. Contoh yang sangat populer adalah simbol-simbol tulisan berikut, tanpa konfirmasi akan membingungkan karena dapat memiliki beberapa interpretasi: kucing makan ikan mati.