Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Monday 27 December 2010

Tiga Jalan

Umur saya sudah hampir setengah abad. Kalau saya kembali menoleh ke belakang, saya menyadari bahwa sewaktu saya masih remaja, beranjak menjadi pemuda, dan menjalani masa dewasa, ada banyak sekali pilihan-pilihan hidup yang harus diambil. Ada banyak persimpangan jalan harus dipilih apakah belok ke kiri, ke kanan atau berjalan lurus saja. Semua mengandung konsekuensinya masing-masing. Kadang bahkan tidak diketahui sama sekali apa konsekuensi yang menghadang di depan. Sekarang setelah berumur hampir setengah abad, pilihan-pilihan memang sudah berkurang banyak. Khususnya pilihan yang berdampak jangka panjang. Sekarang barangkali paling baik adalah membantu mereka yang masih muda-muda mengambil dan menentukan pilihan – dengan penuh tanggungjawab.

Para remaja, pemuda dan pemudi setiap hari, setiap saat selalu diperhadapkan dengan pilihan. Dari yang sangat ringan karena konsekuensi yang dihadapi juga ringan, maupun berat dan sangat berat karena kesalahan akan berdampak sangat panjang. Bagaimana mengelola seksualitas misalnya. Bagaimana menemukan dan memilih pasangan hidupnya. Bagaimana memilih dan menentukan teman-teman. Bahkan bagaimana memilih dan menentukan pelayanan di gereja. Tulisan singkat ini berusaha membantu mencerahkan para remaja, pemuda dan pemudi dalam memilih. Secara ringkas sebelum pilihan dijatuhkan, remaja, pemuda dan pemudi harus bergumul, berpikir, berdoa – baru kemudian menjatuhkan pilihan. Bagaimana memilih? Ada tiga jalan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan manusia.

Jalan pertama adalah jalan kebijakan. Jalan ini adalah jalan yang menyoroti kepentingan diri sendiri. Penganut jalan ini, orientasinya adalah diri sendiri. Oleh karena itu, dalam mengambil dan menentukan pilihan, yang dipikirkan adalah: apakah pilihan ini menguntungkan diri saya sendiri atau tidak. Tidak apa-apa sih. Masih bagus begitu. Paling tidak orang tidak sembrono mengambil dan menentukan pilihan. Orang belajar dengan rajin, bahkan sampai lupa makan dan tidur larut malam, untuk apa? Agar diri sendiri menjadi pandai dan mampu bersaing dengan orang lain. Orang menjauhi narkoba dan pergaulan bebas untuk apa? Agar diri sendiri tidak terjerumus dan masa depan akan menjadi gelap. Baik bukan? Walaupun nampak seperti egois, pilihan kebijakan tetap dapat membantu diri sendiri berkembang (semoga) ke arah yang lebih baik.

NAMUN DEMIKIAN pilihan kebijakan ini ada kelemahannya juga. Yaitu ketika pilihan itu ternyata berlawanan dengan pilihan dan kepentingan orang lain, bahkan merugikan orang lain. Ketika orang memilih untuk ngebut di jalan tol misalnya, maka pilihan itu justru akan merugikan orang lain. Ketika orang memilih mengusir para pedagang di depan gereja misalnya, tindakan itu dapat membawa dampak sangat negatif bagi kehidupan mereka. Terlebih lagi pilihan kebijakan ini tidak sesuai dengan Firman Tuhan dalam Markus 8:34 “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengorbankan diri dan kepentingannya untuk orang lain. Lihat para pahlawan. Lihat juga seorang ibu yang membesarkan anaknya. Lihat junjungan kita Yesus yang mengorbankan diri-Nya. Pendek kata, jalan kebijakan adalah mengambil pilihan yang berdampak jangka panjang. Megambil pilihan tertinggi, terbaik. Namun jangan puas sampai disitu saja. Jalan kebijakan tidak terlalu pas untuk kehidupan manusia pada umumnya. Dia terkungkung oleh ke-aku-annya sendiri. Get out of your own ego! Help others. Hidup akan lebih berarti.

Jalan kedua adalah jalan penyesuaian. Dengan jalan ini orang tidak serta merta mengambil pilihan karena kecenderungan dan kepentingan diri sendiri. Dengan jalan penyesuaian, orang akan melihat dan mempertimbangkan pikiran orang lain – dalam mengambil keputusan. Apa pikiran orang lain atas perilaku kita? Itu sangat jadi pertimbangan. Apa yang baik untuk orang lain – itu yang menjadi pilihan. Beda dengan jalan kebijakan – jalan penyesuaian ini mulai mengandalkan hubungan sosial, persekutuan. Dengan jalan penyesuaian, keuntungan pribadi mulai dikesampingkan – yang penting orang lain dan teman-teman gembira. Misalnya membantu teman belajar, berbagi makanan dengan teman yang lupa membawa bekal makanan. Ya. Tampaknya jalan penyesuaian ini lebih baik daripada jalan yang pertama. Apalagi jalan ini cocok dengan Firman Tuhan di Matius 22:39 “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Atau dengan nasehat Paulus di 1 Korintus 10:24 “Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.”

NAMUN DEMIKIAN pilihan jalan penyesuaian ini juga mengandung kelemahan. Orang akan cenderung mengikuti arus. Kalau mayoritas bicara A maka kita ikutan A. Kalau B ikutan B. Dalam tingkat tertentu, jalan ini justru akan menghilangkan jati diri kita sendiri. Semuanya hanyut bersama “orang lain” yang ingin kita bahagiakan. Belum lagi orang akan bingung kalau ternyata mayorita terpecah. Ada yang ingin C ada juga yang ingin D. Wah…susah. Mana harus diikuti? Pendek kata pilihan penyesuaian memang banyak OK nya. Usaha membahagiakan dan menyenangkan orang lain tentu baik. Tetapi ada jalan yang lebih baik lagi.

Jalan ketiga adalah jalan kebenaran. Pilihan jalan ini mengajak orang berpikir “Apa yang benar menurut kehendak Tuhan. Yang menjadi patokan utama bukan lagi “aku” dan bukan juga “orang lain” tetapi Tuhan Allah sendiri. Kehendak Tuhan jauh lebih mulia daripada “aku” dan “orang lain”. Mungkin saja kita akan mendapatkan keberuntungan ketika mengikuti kehendak Tuhan, namun itu bukan tujuan utama. Mungkin saja kita akan mendapatkan kebahagiaan sewaktu menjalankan dan mengikuti kehendak Tuhan, namun jalan kebenaran juga menyadarkan bahwa mengikuti Dia juga berarti pengorbanan dan penderitaan. Seringkali ketika kita ingin menjalankan perintah Tuhan, kita justru harus melakukan hal-hal yang tidak populer, bergaul dengan orang-orang yang tidak terkenal, sakit, miskin dan kesepian. Orang Kristen adalah orang yang mengikut Kristus yang mati disalib. Penuh bahaya. Tantangannya juga berat. Kita memang perlu mengasihi diri sendiri, merawat diri. Kita juga perlu mengasihi dan hidup dalam persekutuan dengan menjalin relasi sosial dengan orang lain. NAMUN DEMIKIAN kadang pandangan orang lain itu tidak selalu benar. Dengan demikian, kita harus berani tampil beda dengan mereka. Dare to be different from others. Paulus memberi nasehat dalam Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Pendek kata, kesenangan diri sendiri dan orang lain bukanlah tujuan. Carilah tujuan yang tertinggi – hidup benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Pilihlah jalan ketiga, jalan kebenaran. Jalan Tuhan. Hai remaja, pemuda, pemudi, lanjutkan hidupmu. Pilihlah sesuai kebenaran Tuhan, dan jangan lupa: bergumul, berpikir, berdoa!

Sumber: Malcolm Brownlee, Hai Pemuda, Pilihlah!, BPK GM, cetakan ke-7, 2003

No comments:

Post a Comment