Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 21 December 2010

27. Apakah Sinterklas itu Ada?

Kisah ini tidak akan bercerita tentang Santo Nicholas, yang biasa disebut sebagai awal mula cerita Sinterklas. Kisah ini akan bercerita bahwa Sinterklas ada dimana-mana.

Pukul 18:00 tanggal 23 Desember 1961 William J. Lederer mencoba menulis sebuah cerita dalam perjalanannya dari New York menuju Los Angeles – di dalam pesawat yang dia tumpangi. Rumahnya ada di Honolulu. William sudah membayangkan bahwa esok hari ketika dia tiba di rumah, dia akan bercerita kepada anak-anak tetangganya. Topik yang diminta anak-anak adalah “Apakah Sinterklas itu ada?” Namun kondisi cuaca memang tidak dapat ditebak. Pada pukul 20:10 pilot mengumumkan bahwa bandara Los Angeles berkabut tebal. Tidak mungkin mendarat disana. Maka kemudian pilot memutuskan untuk mendarat di kota Ontario, California. Bandara darurat dekat dengan Los Angeles. Akhirnya pukul 3:12 pagi tanggal 24 Desember barulah pesawat dapat mendarat dengan mulus namun enam jam terlambat dari rencana. Penumpang pesawat semua kelelahan, dan jengkel. William juga sudah kehilangan minatnya untuk membuat cerita tentang Sinterklas.

Bandara Ontario pagi itu benar-benar hiruk pikuk. Semua penerbangan yang menuju Los Angeles mendarat disitu. Ribuan penumpang tumpah ruah. Mereka ingin memberi kabar kepada keluarga mereka, tetapi kantor pos sudah tutup. Antrian di telepon umum mengular sangat panjang. Para pegawai bandara kecil itu juga jadi sibuk luar biasa. Kelelahan mulai bergayut di wajah orang-orang yang berkeliaran disitu. Segalanya jadi tampak serba salah. Kopor bertumpuk begitu saja tanpa peduli tujuannya. Banyak orang kebingungan tidak tahu bis mana yang harus diambil untuk melanjutkan perjalanan. Bayi dan anak-anak menangis kedinginan dan kelaparan. Orang saling dorong berdesak-desakan. Sungguh tidak dapat dipercaya William harus hadir di tempat seperti itu – sehari sebelum hari Natal tiba!

Di tengah-tengah semua kemelut itu, tiba-tiba terdengar suara yang lembut, tenang, dan penuh kasih. Suara itu terdengar seperti lonceng gereja yang menyegarkan jiwa yang kalut. Seperti air sejuk di tengah padang pasir. William segera menoleh. Nampak olehnya seorang yang sudah cukup tua. Pendek, dengan perut buncit. Memakai jaket merah dan sepatu boot. “Jangan kuatir bu, kita akan segera menemukan barang-barang ibu dan menemukan bis yang tepat menuju La Jolla. Anda tidak akan terlambat.” Demikian si pemilik suara itu menghibur seorang ibu yang kebingungan.

Pria tua itu lalu membantu wanita tadi mencari kopor-kopornya sambil mendorong semacam gerobak yang cukup besar. Di dalam gerobak itu banyak terdapat barang-barang untuk dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan. Ada selimut, sarung tangan, susu hangat bahkan kopi panas. Ketika kopor perempuan itu sudah ditemukan, pria tua itu mengantarkan ke tempat bis, menyalami lalu melambaikan tangan. “Selamat Natal!” teriaknya. Ketika dia kembali, dia membagi-bagikan kopi panas kepada orang-orang disekitarnya yang nampak kedinginan. Williampun akhirnya membantu. Memberikan susu kepada anak yang kelaparan, menyelimuti anak yang tertidur di bangku panjang, membagikan permen coklat untuk menenangkan anak-anak dan banyak kegiatan lainnya.

Kris Kringle. Itulah nama si bapak tua. Dia begitu cekatan membantu banyak orang. Dia memang selalu di bandara itu ketika liburan musim dingin tiba. Bandara selalu dipenuhi orang yang kebingungan, kelaparan, kedinginan. Anak yang terlepas dari orang tuanya, bayi menangis dan banyak kesusahan lain. Kris Kringle selalu hadir, membantu, menghibur, menenangkan.

Ketika William sudah sampai waktunya untuk naik bis menuju Los Angeles, dia sempatkan diri berpamitan dengan pak tua Kris. Melambaikan tangan sambil berteriak “Selamat Natal bapak!! Sampai jumpa lagi!!” William tidak perlu lagi mengarang cerita untuk anak-anak tetangganya. William tidak perlu lagi menjawab pertanyaan “Apakah Sinterklas itu ada?” William sudah bertemu dengannya. Sinterklas ada dimana-mana. Mungkinkah salah satunya adalah kita?

No comments:

Post a Comment