Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Sunday 12 December 2010

18. Natal Anak

Natal tidak pernah lepas dari anak-anak. Bagaimana mungkin Natal tanpa anak-anak? Untuk siapa itu pohon Natal? Untuk siapa itu permen dengan bungkusnya yang indah luar biasa? Untuk siapa itu drama Natal dibuat di gereja? Natal tanpa anak-anak adalah Natal yang kering. Ya. Tentu saja. Natal sendiri pada hakekatnya memperingati Dia yang hadir dalam wujud bayi Kudus dalam palungan. Palungan yang kosong tanpa sang bayi Kudus akan sangat menggelikan. Tidak mengherankan kalau di sebuah surat kabar lokal di Amerika kemudian terbaca sebuah iklan sebagai berikut:

Apakah ada tempat di mana kami dapat meminjam seorang anak laki-laki kecil yang berusia tiga atau empat tahun untuk liburan Natal? Kami mempunyai rumah yang nyaman dan akan merawatnya dengan baik dan membawanya kembali dengan sehat walafiat. Kami dulu mempunyai seorang anak laki-laki kecil, tetapi ia tak dapat tetap bersama kami, sehingga kami amat merindukannya saat Natal tiba, - N. Muller.

Anak adalah sumber sukacita. Tidak heran juga bahwa Yesus dewasa begitu menyayangi anak-anak. Kerinduan seorang ayah yang menuliskan iklan baris itu dapat dimengerti. Selama paling tidak tiga tahun dia pernah bermain bersama, bergembira merayakan hari Natal. Namun karena sesuatu hal, dia terpaksa kehilangan anaknya. Segera keheningan menyelimuti suasa hati. Kesibukan barangkali dapat sedikit menangkal kesepian itu. Namun ketika liburan Natal tiba, ketika anak-anak libur sekolah dan bermain salju, ketika anak-anak bernyanyi bersama berkeliling kota….kepedihan itu datang kembali.

Berbahagialah keluarga yang masih memiliki anak-anak yang setia menemani. Namun, tetaplah bersukacita walaupun anak-anak tidak hadir di dalam kehidupan keluarga atau ketika anak-anak sudah menjadi besar. Ketika mereka juga memiliki keluarga mereka sendiri…. Bagaimanapun Anak kecil, Anak Kudus itu tetap ada. Dia setia dan tetap membawa sukacita ketika kita pun sudah mulai renta.



Hai, anak semua, cepat marilah!
Masukilah kandang dengan segera,
Dan lihatlah Bayi yang tidur nyenyak,
Tergolek di dalam palungan ternak.

Perhatikanlah wajah-Nya berseri,
Lembut bercahaya di malam sepi.
Meski dalam lampin,
Lebih mulia dibanding malaikat di sorga cerah.
(Puji Syukur 463)

No comments:

Post a Comment