Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Monday 6 December 2010

12. Yusuf dan Maria

Apakah Yusuf dan Maria sudah resmi menjadi suami isteri ketika Roh Kudus membuahi Maria? Kalau kita melihat ayat berikut, kesimpulannya sich belum ya.. “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.” Namun cukup mengherankan respon dari Yusuf ketika mendengar bahwa Maria telah mengandung. Coba baca ini “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.” Lho, katanya belum resmi jadi suami isteri, kok sekarang ingin menceraikan? Apa sebenarnya yang terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu mengerti kondisi budaya Yahudi saat itu, khususnya berkenaan dengan perkawinan.

Dalam budaya Yahudi, ada 3 macam tingkat hubungan laki-laki dan perempuan. Dari mulai tahap saling berjanji, kemudian tahap pertunangan dan terakhir adalah tahap pernikahan. Tahap pertama, yang disebut sebagai tahap saling berjanji, boleh jadi bukan dilakukan oleh masing-masing individu sendiri. Tetapi bisa juga kedua orang tua yang sudah saling mengenal kemudian saling berjanji untuk “besanan”. Bahkan seringkali individu yang bersangkutan malah belum tahu atau belum saling mengenal sama sekali. Perkawinan adalah sesuatu yang amat sangat penting bagi kaum Yahudi. Sehingga orang tua benar-benar harus campur tangan di dalamnya, dari sangat awal perkenalan. Menjaga kemurnian salah satu tujuannya.

Sesudah saling berjanji, tahap berikutnya adalah tahap pertunangan. Sebelum mencapai tahap ini, apabila salah satu pihak ingin mengundurkan diri dan tidak meneruskan, dapat saja terjadi. Namun sekali sudah masuk ke tahap ini, dan diumumkan kepada khalayak ramai, maka pertunangan menjadi sah meskipun pasangan belum memiliki hak sebagai suami isteri. Pada tahap ini, apabila mereka ingin berpisah, harus melalui jalur hukum atau dengan perantaraan beberapa orang saksi. Dalam tahap inilah rupanya Maria hamil oleh Roh Kudus, dan Yusuf mencoba memilih perceraian secara diam-diam dengan memanggil saksi. Untung berhasil digagalkan oleh Tuhan sendiri. Tahap akhir dari pertunangan ini adalah tahap dari perkawinan itu sendiri.

Yesus adalah nama Yunani untuk Yusak (Yosua) yang berarti Tuhan adalah keselamatan. Yusuf diberi tahu bahwa bayi yang akan lahir itu adalah Juruselamat manusia. Dan hendaknya diberi nama Yesus. Disini Matius hendak menegaskan bahwa walaupun Yesus adalah keturunan raja, namun Dia adalah Raja yang lain. Dia bukan raja yang memerintah dengan kuasa dan pasukan perang. Dia adalah Raja yang menyelamatkan umat yang menyambut Dia.

Tuhan meninggikan yang suka merendah;
Oleh-Nya disingkirkan yang angkuh bermegah.
Yang tulus hatinya niscaya dilayakkan,
Menyambut kedatangan Sang Raja Mulia.
(PKJ 60:3)

No comments:

Post a Comment