Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 28 April 2015

Tunda

TUNDA. Hanya ditunda atau dicabut saya tidak tahu. Kemarin hingga pukul 23:00 saya melihat di media sosial banyak orang mendukung penundaan hukuman mati atas diri Mary Jane. Banyak orang dari seluruh penjuru dunia berdoa untuknya. Pagi tadi dalam perjalanan ke kantor saya mendengar eksekusi telah berjalan, kecuali untuk Mary Jane. Kebetulan? Mestinya tidak. Presiden Filipina meminta penundaan. Kesaksian Mary Jane diperlukan. Tokoh utama yang mempekerjakan Mary Jane menyerahkan diri. Mary Jane adalah korban, bukan pengedar. Ia korban atas keserakahan orang lain. Ia korban atas keluguannya sendiri. Untuk sesaat keluarga dan kawan-kawannya dapat bernafas lega sambil mengalunkan lagu syukur. (29 April, 2015)

Thursday 23 April 2015

Kucing

KUCING. Malam semakin larut. Sambil bersiap untuk tidur, saya menutup pintu depan rumah. Tiba-tiba kedengaran suara…meooongg…meooongg…. berkali-kali. “Ada kucing stress.” kata istriku. Saat suara kucing agak menjauh, istriku mencoba menirukan. Menakjubkan! Suara kucing kedengaran mendekat. Kami tertawa bersama. Kuintip dari jendela kamar, terlihat anak kucing kecil kurus berjalan perlahan menuju tanaman perdu di ujung halaman. “Kasihan dia…” aku berkata agak berbisik. “Pasti dia kehilangan mamanya…” “Kita kasih susu saja kah?” sontak istriku melemparkan ide. “Jangaaan!” kata anakku. “Kita hanya punya susu coklat. Jangan-jangan pencernaannya sama dengan anjing. Coklat kan racun buat anjing.” Kami terdiam sejenak, suara anak kucing makin mengecil. “Baiklah…” kataku. “Mari kita tidur, dan lihat besok seperti apa.” Pagi hari saya berangkat seperti biasa bersama anakku. Sesudah memanasi mesin mobil, kamipun keluar halaman dan meluncur ke tempat kerja. Di tengah jalan saya mendengar suara meong anak kucing. Saya melirik ke sebelah, anakku menoleh. “Kok ada suara kucing ya?” Ah…berarti memang ada suara kucing. Kami melanjutkan perjalanan. Suara kucing timbul tenggelam dalam kegaduhan jalanan Jakarta. Saya mengirim pesan pendek ke istri yang disambut jawaban pendek “Hhhh…kucingnya dah ga ada. Aku lagi muter-muter semua blok.” Di lampu merah meong itu berbunyi kembali. Beberapa pengendara motor bereaksi mencari asal suara. Anakku menutup telinga sambil berteriak, “Jangan-jangan sepanjang hari di kantor kedengaran suara kucing terus niii….!!” Setelah tiba di kantornya, saya segera menuju tempat kerjaku. Di tempat parkir segera ku buka kap mesin. Terlihat jelas anak kucing terbujur di pojokan dekat saringan udara. Matanya yang hijau jernih menatapku. Luar biasa! Dia hidup! Beberapa kawan mencoba mendinginkan mesin dengan cipratan air, menurunkan anak kucing yang segera berlari ke kerindangan pohon Angsana. Belum habis keherananku bahkan sebelum sempat duduk dan bekerja, terdengar kabar kecelakaan dekat salah satu pelanggan yang merenggut nyawa seorang pemuda. Ah…… Sayup-sayup terngiang kembali lagu yang beberapa malam ini selalu saya putar: “… hidup dan mati ada di tangan-Mu; bahagia, sedih ada di jari-Mu…..” (23 April 2015)

Wednesday 22 April 2015

Kebetulan

KEBETULAN. Kebetulan hari ini adalah Hari Bumi. Kebetulan tadi padi seorang kawan mengirim pesan “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Kebetulan bacaan Buku Suci pagi ini berbunyi “… buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup,…” Kebetulan ada orang menganggap bodoh memperingati Hari Bumi setahun sekali. Apa iya bodoh? Kalau iya, bodoh juga memperingati ulang tahun yang setahun sekali. Kalau iya, bodoh juga memperingati hari-hari raya yang setahun sekali. Temanku bilang, “Memperingati hari raya atau ulang tahun kan bukan berapa kalinya yang penting, tetapi makna dibalik peringatan itu. Makna itulah yang mesti hidup dan dihidupi setiap hari sepanjang tahun.” “Amiiinn….” Kataku. Begitu pulalah peringatan Hari Bumi, bahkan “Earth Hour” yang cuma sejam dalam setahun. Tanpa penghayatan makna, bahkan ibadah yang setiap minggu pun adalah suatu kebodohan. (22 April 2015)

Monday 20 April 2015

Perempuan

PEREMPUAN. Empu adalah orang yang sangat ahli. Zaman dahulu seorang empu adalah ahli membuat keris. Namun empu di zaman sekarang adalah ahli dalam banyak macam hal. Wanita adalah seorang empu. Oleh karena itu saya lebih suka menyebutnya perempuan. Per-empu-an, bukan pe-rem-pu-an. Dia yang dengan sengaja diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi lelaki memang dibekali dengan banyak kemampuan. Dari mulai mengatur menu sehat harian di tengah paparan santapan siap saji, mengatur belanja harian, mingguan, bulanan di tengah godaan konsumerisme, sampai membangunkan anak, mendidik, mengajar, menghajar, mencari sekolah; menawar banyak hal yang memang dapat ditawar, mencegah celaka dan sakit, tak gampang membuang barang tak terpakai-menjual bila mungkin; menanam, membuat pupuk sendiri, menyiram; mengatur tata letak, memilih warna….engkau memang ahli dalam banyak hal hai perempuan. Selamat meresapi semangat Kartini. (21 April 2015)

Thursday 16 April 2015

Gawai

GAWAI. Kompas beberapa hari lalu memakai kata ‘gawai’ sebagai terjemahan dari “gadget,” telepon pintar atau komputer genggam. Indonesia telah menjadi sorganya gawai dimana jumlah gawai yang beredar sudah melebihi jumlah penduduk. Gawai, selain dampak positif yang dihasilkan juga membawa dampak negatif yang cukup meresahkan, khususnya pada cara orang berelasi satu dengan lainnya. Seorang kawan mengatakan bahwa sekarang telekomunikasi begitu cepat, tapi toleransi begitu tipis. Di akhir tahun 80-an, suatu saat calon istri saya berkunjung ke Jakarta. Saya yang bertugas menjemput di Gambir terlambat beberapa waktu hingga stasiun sudah sepi. Saat bertemu saya menampilkan wajah bersalah, namun dia justru memasang wajah lega. Gawai zaman sekarang telah menyita ketentraman hati. Gawai telah menjadi begitu penting seolah tanpanya kita hilang makna. Berhala bangsa-bangsa adalah … buatan tangan manusia, kata Pemazmur. (16 April 2015)

Tuesday 14 April 2015

Gawai

GAWAI. Pagi sebelum memulai aktivitas rutin sehari-hari saya buka Buku Suci yang menyodorkan kisah Daniel. Seorang buangan yang karena konspirasi politik lalu dijebloskan ke dalam goa singa. Raja meski sedih tidak mampu menyelamatkan karena perintah itu datang dari dirinya sendiri. Namun, malaikat Tuhan membungkam mulut singa. Daniel tetap segar bugar saat diangkat dari dalam goa. Tiba di kantor seorang kawan mengirim surel yang mengingatkan agar awas dan teliti menggunakan waktu. Waktu yang Tuhan sediakan sama bagi semua orang, dua puluh empat jam sehari. Merangkum keduanya, saya jadi belajar bahwa sebelum tiba pada posisi ‘di dalam goa singa’ maka saya harus berbuat sesuatu, menggunakan waktu. (14 April, 2015)

Monday 13 April 2015

Ngungsi

NGUNGSI. Kemarin berhasil kami angkut barang-barang terakhir berupa 6 buah pot, gorden, dan beberapa barang kecil, sebelum kami secara ‘resmi’ mengungsi ke tempat lain selama beberapa bulan. Sebulan setengah kami berkutat bertiga bersama anak dan istri memindahkan barang sebisa mungkin ke dalam gudang kecil dan kamar mandi yang dijadikan gudang. Sebagian lagi kami angkut ke rumah pengungsian. Ada banyak hal terjadi selama proses tersebut, yang mengharukan, menggembirakan dan melegakan. Satu saat istriku pernah berteriak gembira, “Horeee…!! Kita berhasil mengepak dan memindahkan barang hampir separuh rumah ke dalam gudang.” Gudang tersebut aslinya adalah kamar pembantu, namun karena kami tidak pernah memakai jasa pembantu, maka kamar berukuran 2x2.5 meter itupun berubah fungsi menjadi gudang. Di suatu waktu yang lain kami sempat terdiam dengan pikiran masing-masing kala kami memandangi foto-foto keluarga dimana terpampang orang-orang yang sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Bagaimanapun pengungsian ini bukanlah akhir segalanya. Usaha dan keringat yang bercucuran akan tergantikan dengan sukacita saat membayangkan rumah yang sudah diperbarui, dicat ulang dan diperbaiki disana-sini. Hidup pastilah akan mengalir dengan leluasa kembali bersama dengan pengharapan baru menyambut rumah ‘baru’ kami 3 sampai 4 bulan mendatang. (13 April 2015).

Sunday 12 April 2015

Sendi

SENDI. Kata orang akan ada banyak hal yang mengganggu saat manusia memasuki usia limapuluhan tahun. Namun yang pertama-tama mengganggu diriku adalah urusan sendi. Dari sendi jari-jemari yang mulai kaku dan tidak bebas digerakkan sampai sendi lutut. Meskipun berat badan sudah dikurangi hingga limabelas kilo, tetap saja berasa waktu digerakkan apalagi saat naik tangga ke lantai dua di kantor. Yang kedua yang juga mengganggu adalah sikap hati yang menolak penurunan kondisi ini. Rasanya kok cepat sekali gangguan ini datang padahal masih ingin banyak beraktivitas. Istriku beberapa kali bergumam, “Makanya Tuhan memberikan anak-anak kepada pasangan muda. Kalau sudah usia segini pasti kerepotan merawat dan membesarkan anak.” Mestinya perasaannya sama denganku. (13 April 2015)