Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Thursday 2 December 2010

8. Empat Perempuan

Pengantar

Beberapa waktu lalu saya pernah menuliskan bahwa ada noda hitam dalam silsilah Yesus Kristus yang dibuat oleh Matius. Noda hitam itu khususnya terdapat pada 4 orang perempuan Tamar, Rahab, Rut dan Batsyeba. Ketika tulisan saya itu dibaca oleh seorang teman, dia berkomentar bahwa tidak ada noda hitam dalam ke empat orang perempuan tersebut. Sebagai contoh: Tamar. Ketika Tamar berhubungan dengan Yehuda, dia memang sudah sebagai janda, dan Yehuda adalah seorang duda. Saya berkilah, coba lihat Kej 38:14 “maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya, bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya.” Bukankah itu menunjukkan bahwa Tamar secara diam-diam melacurkan diri dan menjebak Yehuda? Kawan saya menjawab kembali, bahwa kalau kacamata modern yang dipakai barangkali kesimpulan itu benar. Namun maksud narrator, penulis kitab Kejadian tidak seperti itu. Buktinya, pada akhirnya tindakan Tamar dibenarkan oleh Yehuda sendiri (Kej38:26).

*****

Sampai disini, saya lalu membaca ulang semua kisah empat perempuan tersebut. Tamar adalah korban. Dia tidak ingin melacurkan diri. Dia didiamkan saja oleh Yehuda, karena ketakutan Yehuda sendiri. Dua anak laki-lakinya meninggal ketika kawin dengan Tamar. Jangan-jangan yang ke tiga juga demikian. Maka ketika anaknya yang ke tiga sudah dewasa pun, Tamar dibiarkan tetap sebagai janda. Padahal peraturannya jelas. Tamar adalah korban, namun dia tidak tinggal diam. Tamar berusaha melakukan sesuatu – untuk mendapatkan hak nya sebagai seorang perempuan. Tetap dalam koridor hukum yang berlaku saat itu. Tamar akhirnya dibenarkan – dan melahirkan dua orang anak. Salah satunya adalah nenek moyang Yesus Kristus.

Rahab adalah perempuan sundal. Jelas ditulis dalam Alkitab. Tampaknya ini noda hitam itu. Tetapi dia juga bukan orang sembarangan. Perhatikan kata-katanya ketika dua orang pengintai suruhan Yosua datang menginap di rumahnya, “Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu.” (Yosua 2:9). Rahab rupanya mengenal sejarah bangsa Israel dan pimpinan Tuhan dari mulai keluar dari Mesir. Di ayat-ayat selanjutnya dia mampu bercerita mengenai pimpinan Tuhan terhadap bangsa Israel dengan baik. Rahab percaya kepada Tuhan, Allah Israel. Tidak heran penulis kitab Ibrani juga membenarkan Rahab (Ibrani 11:31). Rahab adalah orang beriman. Melalui rahimnya lahir nenek moyang Yesus Kristus.

Rut adalah perempuan Moab. Dia bukan Yahudi. Tampaknya ini noda hitam juga dalam silsilah Yesus Kristus. Tapi lihat apa yang dia katakan ketika Naomi, mertuanya meminta dia kembali ke tanah Moab, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (Rut 1:16). Tampak sekali bahwa Rut juga mengenal siapa Allah Israel sebenarnya. Dia memiliki kualitas iman yang luar biasa. Maka ketika akhirnya Rut menikah dengan Boas, dari rahimnya dilahirkan nenek moyang Yesus Kristus.

Batsyeba adalah korban. Siapa yang bermasalah dan bersalah dalam kisah luar biasa ini? Daud. Ya. Raja Daud, raja terbesar bangsa Israel itulah yang bermasalah. Batsyeba tidak memiliki kemampuan apa-apa. Dia perempuan yang pasrah terhadap jalinan hidup yang mesti dijalaninya. Oleh karena itu, Allah sendiri menjadi pembelanya melalui nabi Natan. Tidak ada ucapan keluar dari mulut Batsyeba kecuali pemberitahuan kepada Daud “Aku mengandung.” Pemberitahuan itulah yang kemudian membuat Daud kebakaran jenggot dan merencanakan pembunuhan demi menutupi perselingkuhannya. Batsyeba adalah perempuan baik dan dari rahimnya juga lahir nenek moyang Yesus Kristus.

Terima kasih buat teman saya. Kesimpulan bacaan ulang saya adalah tidak ada noda hitam dari ke empat perempuan tersebut. Lalu untuk apa Matius mencantumkan dalam silsilahnya? Apa tujuannya? Apa maksudnya? Dugaan saya Matius ingin meruntuhkan tembok-tembok yang biasa diciptakan oleh orang-orang Yahudi. Kalangan umat Yahudi yang sangat patriakal, biasanya tidak pernah memunculkan perempuan dalam silsilah. Bahkan ada doa ucapan syukur di kalangan umat Yahudi yang diucapkan oleh para lelaki bahwa mereka sungguh bersyukur tidak dilahirkan sebagai perempuan. Demikianlah keadaan saat itu. Namun Matius dengan berani memunculkan nama-nama perempuan tersebut dalam silsilah sang Raja. Matius ingin menunjukkan bahwa kelahiran Yesus menghancurkan tembok pemisah laki-laki dan perempuan. Di mata Allah laki-laki dan perempuan sama saja. Tidak ada perbedaan gender.

Kalau kita lihat lagi nama Rut dan Rahab, keduanya bukan orang Yahudi. Rut adalah perempuan Moab, dan Rahab adalah perempuan asing bukan Yahudi. Matius tetap menggunakan kedua nama tersebut. Apa maksudnya? Sekali lagi Matius hendak menghancurkan tembok pemisah Yahudi dan non-Yahudi. Umat Israel yang dipanggil menjadi bangsa terpilih, telah berusaha memurnikan dirinya sendiri. Mereka cenderung menganggap bangsa-bangsa lain sebagai kafir, dan najis. Hanya bangsa Yahudi saja yang murni dan suci. Pandangan Matius dan tentu saja pandangan Allah tidaklah demikian. Selain menghancurkan tembok pemisah gender, melalui silsilah ini tembok kebangsaan juga dihancurkan. Bagaimanapun di dalam pandangan Allah, semua bangsa adalah sama. Mereka adalah sesama manusia, sesama mahluk ciptaan. Munculnya perempuan asing dalam silsilah menunjukkan kesediaan Allah merangkum segala bangsa untuk diselamatkan.

Bagaikan sebuah prosesi, empat perempuan itu telah ikut mengiring kedatangan, kelahiran sang Juru Selamat. Marilah kita menyambut Natal dengan tanpa tembok pemisah. Apakah itu gender, kebangsaan, sosial, suku bahkan agama. Matius telah mengingatkan dan memberikan contoh melalui silsilah yang dia siapkan. Allah mengasihi mereka semua, dan untuk mereka jugalah lah Yesus hadir di dunia ini.

No comments:

Post a Comment