Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Monday 27 December 2010

Mengapa Saya Menulis?

Kegiatan menulis dan membaca hampir selalu datang bersamaan. Ketika seseorang belajar membaca, sekaligus dia juga belajar menulis. Demikian juga sebaliknya. Kalau kita coba melihat ke belakang, kegiatan menulis sebetulnya sudah berlangsung cukup lama. Dari mulai belajar menuliskan huruf-huruf, kemudian kata dan kalimat. Ketika kita semakin besar, maka kegiatan menulispun semakin banyak; membuat catatan, mengarang, membuat surat, membuat karya tulis, sampai menulis skripsi sebagai persyaratan kelulusan mahasiswa. Saya pun bernasib sama. Saya menyelesaikan penulisan skripsi pada tahun 1985. Namun demikian, saya betul-betul secara rutin menulis pada tahun 2000. Ketika itu saya bergabung ada suatu mailing list (milis) dimana beberapa anggotanya sangat aktif menulis; mulai dari sharing kehidupan sehari-hari, mengemukakan pendapat atas suatu hal, bedah buku, mengomentari artikel-artikel menarik dan banyak lagi. Saya pun kemudian tergugah untuk ikut serta menulis. Ternyata diterima dan dapat menyemarakkan suasana milis tersebut. Jadi mengapa saya menulis?

Memenuhi Kebutuhan Psikologis
Seorang psikolog ternama bernama William Glasser menjelaskan bahwa manusia berperilaku untuk memenuhi atau karena ada dorongan kebutuhan psikologisnya. Ada lima macam kebutuhan psikologis tersebut yaitu: fun, love and belonging, freedom, survival, power. Menulis itu fun. Asyik. Bagaimana kita mencari referensi, mengolah data-data, mengorganisasikan pikiran kita dan kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan merupakan kegiatan yang sungguh mengasyikkan. Ada banyak cara dan tools untuk kita mengelola ide, tetapi itu diluar topik bahasan ini.

Ketika kita melemparkan suatu tulisan, dan diterima redaksi, maka seolah-olah mereka menerima diri kita seutuhnya. Belum lagi kalau tulisan kita kemudian mendapat sambutan dari pembaca: baik berupa kritikan maupun pujian. Keduanya menunjukkan bahwa kita telah diterima dalam komunitas tersebut. Saya punya banyak sekali pengalaman seperti itu, baik dalam komunitas maya maupun komunitas asli di gereja. Pernah beberapa kali orang salah menduga bahwa saya seorang psikolog dan meminta konsultasi, karena begitu sering saya memunculkan tulisan berbau psikologi. Menulis dapat memenuhi kebutuhan love and belonging.

Pikiran kita tidak dapat dibatasi. Dia bebas berkelana kemana saja. Walaupun redaksi (karena berbagai alasan), dapat menahan untuk tidak menerbitkan satu tulisan, namun mereka tidak dapat melarang kita untuk terus menulis. Sebab memang kita bebas menulis. Dari yang bersifat sangat pribadi sampai yang dapat diterima umum. Topik yang ingin kita tulis juga beragam, bebas sesuai selera dan kemampuan kita. Menulis dapat memenuhi kebutuhan kita akan kebebasan.

Dalam batas-batas tertentu, ketika tulisan kita dapat diterbitkan secara komersial (melalui media masa), maka kegiatan menulis dapat membantu agar dapur tetap ngepul. Dengan demikian kebutuhan hidup dapat lebih terpenuhi melalui tulisan tersebut. Walaupun tulisan tidak terbit secara komersial, tulisan yang baik dapat membantu meningkatkan jejaring sosial kita. Siapa diri kita sudah dikenal jauh sebelum kita sendiri berencana menerbitkan secara komersial. Jejaring sosial yang kuat mendukung pemenuhan kebutuhan akan hidup – survival.

Pendapat kita tentang sesuatu hal memang belum tentu sama dengan pendapat orang lain. Namun demikian, melalui tulisan kita dapat membentuk opini publik sehingga – sengaja atau tidak sengaja – mengikuti pendapat kita. Sebagai contoh, satu tulisan yang pernah terbit di buletin Mercusuar dengan judul Pintu Gereja. Penulis ingin menggiring opini publik bahwa sekali kita sudah melewati pintu gereja dan masuk di ruang kebaktian, maka ada suasana sakral disana, karena Tuhan sendiri hadir disitu. Oleh karenanya selayaknya perilaku kita juga berubah, tidak sama dengan ketika kita masih di luar pintu, di tempat parkir mobil misalnya. Inilah kekuatan sebuah tulisan. Walaupun sering penulis tidak dengan sengaja ingin mengubah opini publik, perubahan dapat saja terjadi. Sengaja atau tidak sengaja kebutuhan akan power dapat terpenuhi melalui menulis. Langsung ataupun tidak langsung, kita dapat mengendalikan orang lain melalui tulisan kita.

Memecahkan Persoalan – Menyajikan Persoalan
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan sesuatu kejadian yang mengganggu pikiran kita. Dalam hal ini kejadian tersebut bisa jadi merupakan masalah yang perlu kita pecahkan sendiri. Lalu kita mencoba untuk mencari pendapat orang-orang, membaca beberapa referensi, kemudian membuat kesimpulan pemecahan atas masalah tersebut. Ide yang sudah terkumpul ini, kemudian kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Orang lain yang mungkin mengalami masalah yang sama/mirip dengan demikian dapat mencoba cara yang sama dengan apa yang sudah kita tuliskan untuk mengatasi masalahnya. Dalam hal lain, justru kita dapat melemparkan masalah kepada publik/pembaca melalui tulisan. Serangkaian kejadian yang dapat kita antisipasi bakalan menjadi masalah besar, dapat juga kita lemparkan kepada publik melalui tulisan. Misalnya ramalan jatuhnya nilai rupiah atau akan naiknya harga-harga sembako dan bagaimana mengatasi persoalan seperti itu. Di lingkungan gereja kita dapat melemparkan masalah akan meledaknya jumlah anak remaja dua tahun mendatang karena bagitu besarnya jumlah anak sekolah minggu pra-remaja saat ini. Hal ini perlu diantisipasi baik oleh komisi remaja maupun oleh gereja secara keseluruhan. Tulisan dengan analisa yang tepat dan akurat dapat membantu majelis jemaat untuk melihat lebih jernih ke masa depan.

Demikian sekilas beberapa alasan mengapa saya menulis. Saya tidak melihat alasan mengapa orang enggan menulis. Kalaupun ada, barangkali karena takut menghadapi tanggungjawab atas tulisannya sendiri. Sebab walaupun banyak alasan untuk menulis, tanggungjawab tidak dapat dilepaskan begitu saja. Namun demikian, seandainya para pembaca memiliki pikiran yang logis, bernas, dan cerdas, jangan ragu-ragu untuk melahirkannya dalam bentuk tulisan. Mumpung gereja kita memiliki wadah untuk menampungnya.

No comments:

Post a Comment