Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Thursday 23 December 2010

28. Magnificat

Magnificat adalah nyanyian pujian Maria (Lukas 1:46-55). Ketika Maria mengunjungi Elizabeth, maka terjadilah hal-hal yang luar biasa disitu. Dan di rumah Elizabeth itulah kemudian Maria menyanyikan lagu-lagu pujian yang disebut magnificat. Dalam lagu itu paling tidak kita dapat menemukan tiga macam revolusi, oleh karena kemurahan dan kuasa Allah yang maha tinggi.

Pertama, “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;…” ini merupakan revolusi moral. Manusia memang cenderung merasa lebih daripada yang lain. Kita ingat kisah menara Babel. Kita juga ingat manusia pertama, dengan iming-iming akan dapat menjadi seperti Allah, dilanggarlah apa yang sudah dilarang oleh-Nya. Manusia itu tinggi hati-congkak. Namun, di hadapat Kristus, kecongkakan itu akan hilang lenyap. Manusia yang sama ketika menerima Kristus dalam hatinya akan merunduk. Malu dan dan memukul diri. Kita ingat pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah sambil memukul dirinya. Ia menyadari keberdosaannya. Ia tidak lagi dapat bermegah karena dirinya sendiri namun karena kemurahan Allah yang berlaku atas dirinya.

Kedua, “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;….” Ini merupakan revolusi sosial. Kristus mengakhiri gengsi dan kesombongan duniasi. William Barclay menulis dalam bukunya sebuah kisah menarik: “Muretus adalah seorang sarjana abad pertengahan yang gemar berkelana. Ia miskin. Di suatu kota di Italia ia jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Dokter-dokter mendiskusikan tentang dia dalam bahasa Latin dan tidak menyangka kalau ia mengerti diskusi tersebut. Mereka mengusulkan, karena ia adalah seorang perantau yang sama sekali tidak berharga maka sebaiknya dipakai untuk obyek eksperimen pengobatan. Ia memandang mereka dan kemudian menjawab mereka dalam bahasa Latin juga, “Janganlah sebut seseorang tidak berharga karena Kristus telah mati untuknya.” Apabila kita telah menyadari untuk apa Kristus mati bagi seluruh umat manusia, maka tidak mungkin lagi kita mengatakan seorang manusia biasa. Tingkatan-tingkatan sosial telah ditiadakan.

Ketiga, “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;….” Ini merupakan revolusi ekonomi. Walaupun ada orang-orang yang begitu tamak dan cenderung memperkaya diri sendiri, kita yang menyebut diri Kristen selayaknya tidak hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga kepentingan orang lain. Apa yang dikumpulkan bukan untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk dibagikan kepada orang lain.

Magnificat, nyanyian pujian Maria memang indah. Akan tetapi di dalamnya mengandung teguran bagi kita, bagaimana kita seharusnya berperilaku.

No comments:

Post a Comment