Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 14 December 2010

20. Palungan yang Kosong

Tahun 2009 lalu, seorang pegiat lingkungan di gereja kami membuat palungan dari botol-botol plastik bekas. Seribu enam ratus lima puluh-an botol plastik digunakan untuk membuat palungan itu. Saya sempat mengambil beberapa foto palungan kosong itu. Entah kenapa saya tidak merasa aneh, sebuah palungan kosong. Berhiaskan dedauan, namun tanpa ternak. Tidak ada Maria dan Yusuf, tidak ada bayi Yesus di dalamnya. Namun demikian, warna putih dan lekak lekuk botol tertimpa cahaya lampu tampak berbinar-binar indah. Bak bintang-bintang berkerlap-kerlip di langit Bekasi.

Saya kemudian teringat sebuah cerita dalam salah satu buku Chicken Soup. Seorang pemuda sedang berbelanja untuk hari Natal ketika tiba-tiba mendengar seorang anak berpakaian lusuh dan compang-camping berkata kepada ibunya, “Bayi ini cantik sekali ma. Beli ya?” Sementara ibunya yang tidak kalah lusuh dan kumal pakaiannya tanpa menoleh segera berteriak, “Cepat letakkan boneka itu! Atau mama pukul kamu nanti.” Ketika anaknya tidak bergeming dan terus bermain-main dengan boneka Yesus itu, maka sang ibu segera menghampiri. Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Sepi. Tidak ada teriakan ibu, tidak ada tangisan anak. Tidak ada suara pukulan ibu kepada anak gadisnya. Sebentar kemudian suara isakan ibu itu mulai terdengar perlahan. “Maafkan ibu nak. Ibu tidak punya cukup uang untuk membelinya. Kita masih memerlukan banyak barang untuk melewati musim dingin ini.” Ibunya memeluk anaknya dengan erat. Sang anak tidak ketinggalan segera melingkarkan lengannya di leher ibunya. “Tidak apa mama. Mama tidak usah menangis. Saya sudah tidak menginginkan boneka Yesus itu lagi. Lihat ma. Boneka itu sudah saya taruh lagi di tempatnya. Lihat ma. Jangan menangis lagi ma. Guru sekolah Minggu juga sering mengajarkan bahwa Yesus sesungguhnya ada dalam hati kita semua. Tidak perlu saya membawa boneka itu.”

Ketika ibu dan anak itu mulai berjalan pergi, pemuda yang dari tadi memperhatikan kejadian itu segera mengambil boneka Yesus, berikut palungannya. Dibayarnya semua hiasan Natal itu. Segera dia berikan boneka Yesus itu kepada anak perempuan lusuh tadi. Sementara palungan kosong dia bawa pulang. Ya. Palungan kosong. Tidak apa-apa Yesus tidak ada dalam palungan tersebut. Yesus ada dalam hati kita semua.

Bagaimana dengan diri kita masing-masing? Apakah palungan hati kita siap menerima bayi Yesus? Dia yang telah datang ke dalam dunia ini menunggu dan mengetuk pintu hati kita. Ketika kita membukakan pintu itu, maka Dia akan duduk makan bersama-sama dengan kita. Mari Yesus, masuklah. Kami menunggu-Mu.

Apa engkau sedia tempat,
Bagi Juru Slamatmu,
Yang ketuk dan minta masuk
Maukah sambut Tuhanmu
Tempat untuk Raja Damai
Skarang turut printah-Nya
Bukalah pintu hatimu
Sambutlah Penebusmu

No comments:

Post a Comment