Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 6 January 2010

Kuatir

Begawan manajemen internasional Drucker pernah berkata, “If you can’t predict the future, create it.” Maksudnya tentu jelas. Bahwa dalam pengelolaan perusahaan, sebuah organisasi harus mampu melihat ke depan. Namun, kalau masa depan itu tetap saja susah untuk ditebak, dengan berbagai cara dan usaha yang organisasi tersebut lakukan s a a t i n i diharapkan mampu menciptakan masa depan, menciptakan kebutuhan baru di masa depan. Hal yang senada pernah saya baca juga dalam sebuah pepatah Cina yang berbunyi demikian If you want to know your history, look at yourself today. If you want to know your future, look at yourself today. Pepatah Cina ini juga jelas menggambarkan bahwa apa yang kita lakukan, recanakan, kerjakan di waktu yang lampau akan mempengaruhi keadaan kita s a a t i n i, dan apa yang kita lakukan, rencanakan, kerjakan s a a t i n i akan mempengaruhi masa depan kita. Jadi demikian pentingnya masa depan itu, sehingga perlu dengan cermat kita lihat, bayangkan dan rencanakan dari mulai s a a t i n i.

Di sisi yang lain Yesus mengatakan dalam Matius 6:34 “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Kesan pernyataan Yesus itu seperti tidak peduli akan masa depan. Masa depan adalah masa depan yang tidak dapat kita ketahui. Gelap semuanya. Apa yang kita bayangkan belum tentu terjadi, memang sekaligus belum tentu tidak terjadi. Semuanya masih serba kemungkinan. Lalu kenapa mesti susah-susah melihat ke masa depan? Apakah benar Yesus tidak peduli akan masa depan? Bagaimana dengan dua kutipan di atas? Yang mana mesti kita pegang? Apakah ke dua kutipan di atas bertentangan dengan perintah Yesus? Mari kita lakukan analisis sederhana.

Apa yang dikatakan oleh Drucker dan pepatah Cina itu adalah mencoba mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Memang masa depan siapa tahu, namun dengan melihat sejarah masa lalu kita sehingga menjadi diri kita s a a t i n i kita dapat mempelajari dan mengerti apa kesalahan kita dan bagaimana memperbaikinya pada s a a t i n i sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik di masa depan. Jadi intinya adalah persiapan. Lain halnya dengan apa yang dikatakan oleh Yesus. Dia berujar mengenai k e k u a t i r a n. Kuatir sama dengan takut akan sesuatu yang belum tentu terjadi. Jadi intinya adalah t a k u t. Bukannya mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok tetapi malah ketakutan. Bukannya belajar dari sejarah kehidupan agar dapat bertindak lebih benar dan lebih tepat, tetapi malah menyerah dan mengikuti arus saja.

Sebagai orang yang percaya kepada Allah pencipta langit dan bumi kita tidak selayaknya takut karena beberapa hal: pertama karena Allah adalah pemberi hidup. Kita ingat bahwa manusia hidup karena nafas Allah. Dia yang memberi hidup, maka Dia juga pasti akan memelihara kehidupan kita yang percaya dan menggantungkan diri kepada-Nya. Ke dua, kuatir (takut) akan masa depan sama saja dengan tidak mempercayai Allah dan kuasa pemeliharaan-Nya. Ke tiga, kekuatiran atau ketakutan akan masa depan tidak memperbaiki apa-apa. Umur kita tidak akan jadi lebih panjang dengan berkuatir-ria, lebih pendek jauh lebih mungkin. Bila demikian, maka adalah jauh lebih baik bila kita memusatkan kehidupan kita kepada Allah. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 8:33). Melakukan pekerjaan yang diperkenan Allah dan diperintahkan oleh-Nya. Hidup untuk hari ini dalam artian, melakukan segala yang terbaik hari ini (termasuk di dalamnya merencanakan masa depan), dan percaya Allah yang akan membantu kita menyelesaikan yang tidak mampu kita selesaikan sendiri. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat. 6:34). (06012010)

No comments:

Post a Comment