Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Sunday 10 January 2010

Allah Menciptakan Langit dan Bumi

Prakata
Seri tulisan pembinaan yang muncul dalam rubrik Benih yang Tumbuh ini akan menggunakan acuan utama buku Tuhan, Ajarlah Aku (TAA) tulisan pdt. Yohanes Bambang Mulyono, Sth., dan diterbitkan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode GKI (W) Jawa Timur.

Tulisan asli dalam buku TAA mengenai kisah penciptaan dibuat dalam satu bab utuh (Bab I). Namun demikian, karena esensi yang berbeda antara kisah penciptaan langit dan bumi dengan kisah penciptaan manusia; dan akan menjadi terlalu panjang bila ditulis dalam satu artikel, dengan sengaja penulis pisahkan menjadi dua tulisan. Tulisan pertama berjudul Allah Menciptakan Langit dan Bumi sedangkan tulisan kedua berjudul Allah Menciptakan Manusia.

Alkitab dan Tujuan Penulisan Kitab Kejadian (Kisah Penciptaan)

Perlu ditekankan pertama-tama, bahwa Alkitab bukanlah buku karya ilmiah. Oleh karena itu dalam melakukan penafsiran kisah penciptaan, bahkan dalam menafsirkan seluruh Alkitab haruslah alkitabiah. “Alkitabiah dalam arti bahwa kita harus menghormati Alkitab sebagai kitab yang bersifat religius (keagamaan). Atau Alkitab sebagai kitab yang memuat kumpulan kesaksian iman orang-orang percaya kepada Tuhan Allah.” (TAA-hal. 27). Karena sifatnya yang seperti itu, maka kita tidak perlu memusingkan misalnya umur bumi sebenarnya menurut Alkitab (yang bila dihitung baru berapa ribu tahun), sementara ilmu pengetahuan moderen mengatakan bahwa bumi sebetulnya sudah berjuta tahun umurnya.

Karena sifatnya itu pula maka Alkitab sebagai kumpulan kesaksian iman dalam sejarah para penulisnya berfungsi untuk menyampaikan karya penyelamatan Allah dan kehendak-Nya. Dalam kerangka inilah Alkitab kita percayai sebagai firman Allah.

Dalam bab 1 sampai 11 Kitab Kejadian, kita menemui buah pemikiran bangsa Israel tentang asal usul sejarah bangsa itu sendiri. Sebetulnya sejarah bangsa Israel dimulai dari pemanggilan Abraham dari tengah-tengah bangsa kafir. Namun para penulis kitab Kejadian tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan bantuan Roh Kudus mereka terus merenung. Mengapa Abraham dipanggil? Agar karya keselamatan Allah dapat diberitakan dan dirasakan oleh seluruh umat manusia. Mengapa manusia perlu diselamatkan? Karena mereka telah jatuh ke dalam dosa. Kalau begitu, kapankah manusia jatuh dalam dosa? Disinilah kitab Kejadian dan khususnya kisah penciptaan kemudian mulai ditulis.

Bila kita mengingat kembali pengakuan Iman Rasuli kalimat pertama yang berbunyi “Aku percaya kepada Allah, Bapa di sorga, Khalik langit dan bumi..” kita mengakui bahwa memang Allahlah yang menciptakan langit dan bumi. Sejalan dengan itu, kalimat pertama dalam Alkitab kita berbunyi “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” juga kita percayai merupakan pengakuan iman bangsa Israel waktu itu. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa tujuan penulisan kitab Kejadian, khususnya kisah penciptaan ini adalah agar manusia pada jamannya menaruh iman dan harapan mereka sepenuhnya kepada Allah saja. Sebab hanya Allah saja yang sanggup melakukan penciptaan langit dan bumi. Pengakuan itu, adalah sebuah langkah iman yang besar. Walaupun dalam keseharian kehidupan kita melihat dunia ini begitu ruwet, jahat dan tidak harmonis, namun dengan iman kita percaya Allah menciptakan semua itu baik adanya. Dan Dia yang mencipta tetap setia untuk memelihara dan memerintah seluruh ciptaannya sampai pada waktunya segalanya akan dipulihkan kembali menjadi langit dan bumi yang baru.

Makna Kisah Penciptaan
Makna kisah penciptaan di Kejadian 1:1 – 2:4a yang utama adalah ketertiban. Ketertiban ini nampak pertama dengan digunakannya hitungan harian, persis sama dengan yang digunakan umat Yahudi pada waktu itu. Allah bekerja selama enam hari dan kemudian beristirahat pada hari yang ke tujuh.

Kedua, ketertiban ini muncul dengan latar belakang kekacauan. Saat itu bumi belum berbentuk, kosong, gelap gulita. Namun setahap demi setahap Allah mulai menjadikan bumi, yang kosong berisi, terang mengalahkan kegelapan, samudera raya diberi tempatnya masing-masing, dan bumi dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.

Ketertiban ketiga nampak dalam urut-urutan ciptaan yang saling berhubungan. Misalnya pada hari pertama Allah menciptakan terang, maka pada hari ke 4 diciptakanlah benda-benda penerang. Pada hari ke 2 Allah memisahkan air yang di atas cakrawala dan air yang di bawah cakrawala, maka pada hari ke 5 Allah menciptakan burung-burung yang beterbangan melintasi cakrawala dan ikan-ikan yang berkeriapan di laut. Begitu seterusnya seperti dalam daftar relasi di bawah ini:

Urutan berdasarkan hari penciptaan
(1) terang ---------- (4) benda-benda penerang
(2) cakrawala (air atas/bawah) ---------- (5) burung dan ikan
(3) laut, darat, tumbuhan ---------- (6) binatang darat dan manusia

Sementara ke 8 hasil ciptaan pun bila kita susun secara berjajar akan nampak keharmonisan masing-masing ciptaan tersebut seperti terlihat pada daftar di bawah ini:

Urutan berdasarkan hasil ciptaan (8 macam)
(1) terang ---------- (5) matahari, bulan, bintang
(2) cakrawala ---------- (6) burung, ikan
(3) daratan, lautan ---------- (7) binatang darat
(4) tumbuh-tumbuhan ---------- (8) manusia

Ketertiban ke 4 nampak dari garis lurus penciptaan yang berujung pada penciptaan manusia. Bumi diciptakan sedemikian rupa agar manusia dapat hidup dan berkembang biak. Manusia nampaknya memang tujuan atau puncak penciptaan itu sendiri (mengenai makna penciptaan manusia akan penulis bahas pada artikel ke dua).

Seperti sudah disinggung pada pembahasan mengenai tujuan penciptaan, akhirnya ketertiban itu nampak pada ungkapan penulis kitab Kejadian bahwa semua ciptaan adalah baik adanya. Dengan demikian, penulis kisah penciptaan telah menegaskan bahwa segala kekacauan, segala kejahatan dan ketidakbaikan bukan berasal dari Allah. Jika itu ada dan terjadi pada saat ini, maka bukan Allah yang harus dipersalahkan.

Selain ketertiban, makna lain dari kisah penciptaan adalah keselarasan atau harmoni. Penulis kisah penciptaan sengaja menggunakan hari-hari yang biasa agar nampak bahwa karya Allah dalam penciptaan adalah karya yang sempurna. Karya yang sudah lengkap, sudah selesai. Selain daripada itu, urut-urutan penciptaan menunjukkan bahwa Allah mencipta dengan perencanaan (program kerja) yang baik. Kisah penciptaan di Kejadian 2:4b-25 lebih berpusat pada penciptaan manusia. Oleh karena itu pembahasan mengenai hal ini akan lebih banyak pada tulisan ke dua.

Ciptaan Bukan untuk Disembah
Kalau Injil dimengerti sebagai kabar baik, maka pemberitaan bahwa Allahlah Pencipta langit dan bumi adalah Injil. Seperti kita ketahui dari jaman dahulu bahkan sampai sekarang masih ada kepercayaan bahwa pohon tertentu ada yang menunggu. Atau batu tertentu adalah sakti, dan oleh karena itu baik pohon maupun batu harus disembah agar memberikan kebaikan bagi manusia. Kepercayaan animisme, dinamisme seperti itu tidak berlaku apabila kita mengakui bahwa mereka semua adalah ciptaan, dan hanya ciptaan (termasuk manusia). Mereka tidak layak untuk disembah, manusia juga tidak (band. Dengan kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego). Hanya Allah Bapa di sorga khalik langit dan bumi yang layak menerima sembah sujud kita semua.

No comments:

Post a Comment