Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Sunday 10 January 2010

Allah Menciptakan Manusia

“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.” Mazmur 8:4-9.

Kemuliaan Manusia
Seluruh rangkaian penciptaan adalah untuk kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk yang utama, yang mulia bukan karena kodratnya, tetapi karena ada rencana dan kehendak Allah di dalamnya.

Gambar Allah
Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Kata gambar ini dipakai dalam arti kopi atau model. Jadi manusia diciptakan menyerupai atau mirip dengan Allah. Keberadaan Allah sebagai Allah menjadi model keberadaan manusia sebagai manusia. Allah yang pengasih dan pengampun, maka manusiapun seharusnya pengasih dan pengampun. Allah yang adil dan bijaksana, maka manusiapun selayaknya adil dan bijaksana.

Gambar Allah itu harus diwujudkan dalam panggilan hidupnya sebagai manusia melalui relasinya dengan Allah, dengan sesama dan dengan alam semesta. Dengan demikian, panggilan hidup untuk selalu memelihara hubungan yang akrab, harmonis dan penuh kasih memang harus mewujud terhadap Sang Khalik, terhadap sesama kita; apakah itu tetangga, saudara, suami, isteri, anak-anak; juga terhadap alam semesta di sekitar kita. Kekerasan baik di dalam maupun di dalam rumah tangga, eksploitasi alam besar-besaran sehingga merusak keseimbangan tentu bukan wujud dari gambar Allah yang tertanam dalam diri kita. Atau dengan kata lain, gambar Allah tidak mewujud di luar relasi dengan Allah, sesama dan alam semesta yang baik dan harmonis. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah kita sudah mewujudkan gambar Allah yang sejati atau tidak? (Catatan: walaupun manusia segambar dengan Allah, ada bagian yang tidak boleh disentuh oleh manusia. Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat ini salah satu contoh dan simbol “bagian yang terlarang” untuk manusia. Manusia harus mengakui keterbatasannya sebagai manusia. Pengakuan ini sekaligus adalah hak dan kebebasan manusia untuk mengakui Allah dengan segala kelebihan-Nya yang tidak dimiliki oleh manusia. Ketika kemudian manusia ingin menjadi seperti Allah, dan menyentuh bagian yang terlarang, dia jatuh ke dalam dosa).

Memang oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, gambar itu mulai rusak, namun demikian Yesus sebagai gambar yang baru (Kolose 1:15) sudah memulihkan dan memperbaiki sehingga kita menjadi segambar dengan Dia kembali (2 Kor. 3:18; Ef. 4:24; Kol 3:10). Gambar ini adalah hakekat manusia yang tidak dapat berubah yaitu: pikiran, kehendak dan kepribadian. Semuanya tetap ada selamanya dan semua menunjuk kepada gambar baru Yesus Kristus: memiliki pikiran Kristus, mempunyai kehendak seperti Kristus dan berkepribadian sama dengan Kristus.

Debu Tanah
Debu tanah atau adamah (nama Adam juga diambil dari kata itu) atau basar (daging) menunjuk kepada kefanaan. Yesaya 40:6-7 mengungkapkan bahwa sebetulnya manusia itu bukan apa-apa. Dia seperti bunga di padang atau rumput kering. Segera layu dan dibakar habis. Kodrat manusia adalah dalam kefanaan, kecuali Allah memberikan kehidupan kepadanya. Pengertian basar (daging) bukan menunjuk pada keduniawian pada dirinya sendiri, tetapi keduniawian DI HADAPAN Allah yang hidup. Artinya kualitas hidup manusia ditentukan ketika DIPERHADAPKAN dengan Allah. Keberdosaan bukanlah karena kondisi kedagingan manusia itu sendiri, tetapi bila kedagingan itu telah menjadi tujuan hidup manusia. Paulus dalam Galatia 5:19-21 telah mencoba membuat daftar singkat kedagingan yang merupakan wujud keberdosaan manusia: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Kemudian dengan jelas sekali lagi Paulus mengingatkan dalam Galatia 6:8 “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”.

Nafas Hidup
Nafas hidup atau nefsy adalah dari Allah sendiri. Dari sintesa kedua hal ini dapat diartikan bahwa walaupun manusia memiliki kodrat kefanaan, namun memiliki keterarahan kepada yang abadi, yang kudus, Tuhan sendiri. Tanpa Tuhan yang menghidupkan manusia akan tetap sebagai debu. Fana. Mati.

Manusia Perempuan dan Manusia Laki-laki
Dikatakan bahwa manusia perempuan diciptakan dari tulang rusuk manusia laki-laki. Kisah ini jelas bukan info medis. Seperti bahwa Alkitab sendiri memang bukan buku teknik atau buku sejarah. Kisah penciptaan perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki ingin mengungkapkan makna iman bahwa: laki-laki dan perempuan ada dalam keterjalinan yang sempurna lahir, batin, jasmani, rohani. Perempuan merupakan bagian penting dalam hidup laki-laki, laki-laki akan utuh dalam relasinya dengan perempuan. Oleh karena itu, sikap iman yang benar adalah menempatkan hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai wujud anugerah Allah. Dengan demikian, maka dapat diyakini bahwa perkawinan memiliki nilai sakral. Pemberkatan perkawinan di gereja tidak boleh dianggap main-main saja. Penciptaan laki-laki dan perempuan juga membawa suatu kodrat yang unik, yaitu menjadi seorang bapa dan seorang ibu. Oleh karenanya, tumbuh kembang manusia dari usia bayi harus diarahkan kepada kodratnya masing-masing. Perbedaan yang terjadi antara manusia laki-laki dan manusia perempuan bukanlah perbedaan derajat. Mereka berbeda namun tetap setara. Berbeda namun saling melengkapi. Alkitab menyebutnya sebagai SEPADAN. Seseorang pernah menulis “Woman was made from the rib of man, she was not created from his head to top him, nor from his feet to be stepped upon. She was made from his side to be close to him. From beneath his arm to be protected by him. Near his heart to be loved by him.” Namun demikian, keutuhan atau kepenuhan persekutuan manusia laki-laki dan manusia perempuan barulah sempurna ketika mereka berelasi juga dengan Tuhan yang menciptakan mereka berdua.

Tugas Mulia
Kini kita mengerti bahwa pemuliaan manusia menuntut tugas mulia juga. Tugas-tugas itu secara individual adalah untuk memuliakan Sang Pencipta. Dia yang memberi kehidupan, dan yang menghidupi manusia, hanya Dia sajalah yang patut untuk dimuliakan. Manusia dalam hidupnya haruslah mencerminkan kemuliaan dan keagungan Tuhan Sang Pencipta.

Secara fungsional manusia diminta untuk menguasai alam semesta, baik tumbuh-tumbuhan, binatang darat maupun binatang di laut. Sekali lagi perlu diingat bahwa menguasai bukan berarti menghabiskan untuk kesenangan diri sendiri, namun memelihara agar alam mampu menghidupi manusia itu sendiri selama-lamanya. Fungsi lain adalah agar manusia hidup berkeluarga dan tinggal dalam keluarga, berkembang biak dan memenuhi bumi. Kesempatan untuk membentuk sebuah keluarga dengan atau tanpa memiliki keturunan adalah sebuah anugerah dari Allah sendiri. Ada juga fungsi ekonomi. Manusia diberi hidup yang berkecukupan. Ya. Cukup. Tidak lebih, tidak kurang. Segala sesuatu yang menunjang kehidupannya telah disediakan oleh Allah. Memang kecukupan itu harus diupayakan, namun demikian kecukupan itu berasal dari Allah juga. Fungsi ke empat adalah fungsi relasional. Manusia hidup berelasi dengan sesamanya dan saling menolong. Kebudayaan sebagai hasil relasi intensif antar manusia juga merupakan wujud dari fungsi yang sudah diberikan Allah kepada umat manusia.

No comments:

Post a Comment