Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 12 January 2010

Berubahlah!

Apakah Anda pernah membaca buku Who Moved My Cheese? Karya Spencer Johnson, M.D.? Atau buku Our Iceberg Is Melting tulisan John Kotter? Dua-duanya bicara mengenai perubahan dan bagaimana menyikapi atau bahkan mengantisipasikannya. Ya! Sebuah organisasi harus berubah. Agar organisasi berubah, maka setiap individu di dalamnya juga harus berubah. Mengapa sebuah organisasi harus berubah? Biasanya karena tuntutan pasar. Untuk mempertahankan profit yang optimal, organisasi harus mengikuti tuntutan pasar, atau bila memungkinkan menciptakan pasar. Disamping itu, memang tidak ada kegiatan yang berlaku selamanya. Drucker pernah berkata, “Semua organisasi perlu mengetahui bahwa tidak ada program atau aktivitas yang akan bekerja secara efektif dalam jangka panjang tanpa adanya modifikasi atau desain ulang. Pada akhirnya setiap aktivitas akan menjadi usang.” (The Daily Drucker, Peter F. Drucker dan Joseph A. Maciariello, hal. 6).

Itu organisasi. Bagaimana halnya dengan orang? Apakah seorang individu tunggal juga perlu berubah? Tentu saja! Pertama-tama karena dia tidak sendirian, sehingga ketika segala sesuatu di sekitarnya berubah, maka diapun harus menyesuaikan diri (baca: berubah) agar dia tetap hidup. Kedua, ada tuntutan psikis dalam diri seseorang agar dia menjadi manusia dewasa. Psikis! Bukan hanya fisiknya saja yang dewasa. Seorang manusia normal pasti berkembang secara fisik, namun perkembangan psikis sedikit banyak harus difasilitasi oleh orang lain, terutama oleh kedua orang tuanya. Kedewasaan psikis seseorang ditandai dengan kemampuannya untuk mengambil tanggungjawab atas segala perbuatannya. Dia juga mampu memberikan kontribusi yang positif kepada lingkuangan di sekitarnya. Dia mampu mengembangkan dirinya sendiri dan membantu orang lain untuk berkembang. Manusia dewasa dapat berkomunikasi secara efektif dan hidup nyaman dengan orang lain. Terakhir, dia mampu membedakan dengan pasti apa yang baik dan benar untuk dilakukan dalam kehidupannya.

Ketiga, ada tuntutan rohani agar seorang manusia juga menjadi dewasa dalam hidup rohani dan spiritualitasnya. Kedewasaan rohani adalah kehidupan yang sesuai dengan panggilannya sebagai manusia yang membawa gambar Allah. Rasul Paulus banyak memberi nasehat perihal perubahan budi (Roma 12:2) sampai menjadi sama dengan gambar Allah yang mula-mula ketika manusia pertama kali diciptakan (2 Kor. 3:18, Ef. 4:24, Kol 3:10).

Bagaimana kita “mengawasi” perubahan itu agar tidak menjadi liar dan memakan korban orang lain maupun diri sendiri? Satu hal yang paling penting yang mampu menjadi pengikat maupun rem dalam menjalani perubahan adalah: kasih. Selalu kenakanlah kasih dalam menjalani perubahan maupun ketika kita meminta, mengharapkan orang lain untuk berubah agar kita tidak menjadi canang yang gemerincing (1 Kor. 13:1). Kasih melebihi tuntutan kesempurnaan hidup.

No comments:

Post a Comment