Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 11 May 2011

Pak Ujang

Pak Ujang (bukan nama sebenarnya) masih kelihatan gesit dan sigap walaupun usianya sudah beranjak kepala lima. Perkenalan kami dimulai ketika kami memerlukan air minum dalam kemasan galon. Sudah beberapa kali kami berganti toko untuk membeli air minum tersebut karena “service” yang kurang memuaskan.

Sebetulnya permintaan kami tidak aneh-aneh, minta galon yang bersih. Itu saja. Entah kenapa toko-toko lain merasa tidak mampu atau tidak mau memenuhi permintaan tersebut. Ketika kami mencoba membeli dari toko dimana pak Ujang bekerja – kami puas. Pak Ujang khususnya sangat mengerti kebutuhan kami, sehingga dia selalu memilihkan galon terbaik untuk kami. Bahkan lebih dari itu.

Suatu hari, ketika kami memerlukan air galon lagi, kami belum sempat menelpon ke toko pak Ujang. Kami hanya menaruh galon saja dekat pintu dapur yang menghadap ke luar. Beberapa waktu kemudian, ketika kami sedang bersih-bersih di dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara mobil di luar. Ketika kami tengok dari jendela, tampak pak Ujang turun dari mobil. Kami pun segera keluar dan menyapa, “Siang pak. Kok berhenti di sini?” “Kan bapak mau beli air galon...” begitu jawab pak Ujang. “Bagaimana pak Ujang tahu kami mau beli air galon?” “Tuh, saya lihat galon dua buah ditaruh dekat pintu dapur.” Jawab pak Ujang lagi sambil tersenyum ceria. Selesai menyerahkan dua galon, pak Ujang tampak mencari-cari sesuatu di saku bajunya. Ah...ternyata mencari tisu pembersih. “Sebentar saya ambil tisu yang benar...” begitu katanya. “Tidak usah pak, yang itu juga tidak apa-apa..!” “Tidak bisa begitu pak. Kalau merek A, ya tisunya harus A..” begitu sahutnya sambil berlari ke arah mobilnya. Tisu yang benar akhirnya kami terima dengan baik.

Itulah beberapa kelebihan “service” pak Ujang sehingga kami betah membeli air galon darinya. Beberapa hari lalu, tiba-tiba pak Ujang datang lagi ke rumah kami. Terjadilah dialog singkat seperti ini.

“Pak, beli air galon?” pak Ujang tiba-tiba bertanya.
“Besok saja.” Saya menjawab singkat.
“Sekarang saja, pak.”
“Tidak cukup saya mengosongkan galon. Tanggung. Besok saja.” Demikian saya beralasan.
“Baiklah kalau begitu.” Kata pak Ujang mengalah.

Ternyata besok harinya pak Ujang tidak datang. Kami tunggu sehari lagi, tidak datang juga. Ketika kami menelpon ke toko tempat dia bekerja, kami mendapat informasi bahwa pak Ujang telah keluar dan tidak bekerja disitu lagi. Hari ketika pak Ujang tiba-tiba datang ke rumah adalah hari penjualan terakhir. Menyesal kami tidak membeli air galon pada waktu itu, karena menurut yang empunya toko seluruh penjualan hari itu menjadi uang pesangon bagi pak Ujang.

No comments:

Post a Comment