Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Monday 30 May 2011

Hidup atau Mati

Coba Anda tarik garis lurus dari kiri ke kanan. Lalu tuliskan di ujung kiri kata “hidup” maka di ujung kanan sebagai lawannya adalah kata “mati”. Terus apa yang mesti kita tuliskan di antaranya? Banyak hal dapat kita isikan diantara awal kehidupan dan di akhir perjalanan itu, baik itu bernuansa kehidupan maupun bernuansa kematian.

Beberapa waktu lalu, kami menerima sebuah benih pohon mangga. Dengan senang hati kami coba tanam pohon mangga kecil tersebut di sudut rumah. Tempat yang kami anggap cocok untuk pertumbuhannya nanti jika semakin besar. Senang kami memperhatikan pohon tersebut bertumbuh. Kami siram, terkadang kami potong dahan-dahannya agar tumbuh dahan baru yang tidak menjulang ke atas, tetapi ke samping. Daun-daun muda berbau mangga menyegarkan ketika kami memandanginya. Nuansa kehidupan terasa kental disitu.
***
Di zaman internet seperti sekarang ini, kita dapat mencari berita apa saja dari internet. Tinggal “googling” saja muncul banyak hal yang dapat menjadi referensi kita. Namun, ketika kita mendapatkan tugas untuk menuliskan sebuah laporan atau karya tulis, tentu tidak layak dan tabu jika kemudian tinggal “click” dan “copy paste” saja dari internet. Ketika seorang guru menghadapi murid yang ketahuan mencontek tugas langsung dari internet, dia punya paling tidak dua pilihan untuk memberi pengertian muridnya. Guru dapat berkata:

“Engkau mengambil tulisan ini langsung dari internet. Bodoh sekali kamu. Kan kamu sudah tahu aturannya. Dengan demikian, kamu membuat dirimu sendiri mendapat nilai E. Langsung saat ini juga tanpa kecuali!”

Ya. Itu pilihan pertama yang dapat dilakukan oleh sang guru. Namun masih ada pilihan lain yang dapat diucapkan oleh sang guru. Misalnya demikian:

“Wah, tentu kamu sudah banyak sekali membaca artikel dari internet ya sebelum kamu mengambil yang satu ini. Saya setuju bahwa artikel yang kamu ambil ini sesuai dengan pembahasan kita. Tapi saya tidak dapat memberikan nilai yang cukup, karena bukan kamu sendiri yang menulisnya. Tapi saya menyukainya. Jika kamu mau menuliskan kembali artikel ini dengan kata-katamu sendiri dan memberikan alasan yang jelas kenapa kamu menyukainya, saya akan menerimanya. Saya tidak ingin kalian lepas dari internet, karena banyak hal dapat dipelajari dari sana, tapi setiap kali kamu mengambil bahan dari internet, coba tuliskan sumbernya dan ceritakan kenapa artikel yang kamu ambil itu menarik bagimu.”

Bagaimana? Nuansa kehidupan sungguh kental dalam pilihan ucapan sang guru bagian kedua. Tegas, namun mendidik.¬¬
***
Pagi hari pukul 6:45 di perempatan jalan Pramuka dan Pemuda, sambil menunggu lampu menyala hijau saya melihat seorang ibu muda menggendong anak yang masih kecil. Dia mencoba meminta uang dari mobil-mobil di depan saya. Saya memperhatikan perilaku ibu ini: cara dia menggendong anak itu lain dari peminta-minta biasa. Sudah sangat sering saya melihat ibu yang menggendong anak, asal-asalan saja sambil berjalan kesana-kemari mencari simpati orang. Ibu ini lain. Dia menggendong anaknya dengan lembut enak. Kadang kepala anaknya dipegang untuk membetulkan posisinya, kadang menutup mata anak agar tidak terkena sinar matahari langsung, kadang mencoba mendekap erat anaknya sambil mencium ubun-ubunnya. Saya menduga, anak itu betul-betul adalah anaknya dan bukan "sewaan".

Sampailah dia di sebelah mobil saya dan mulai menggoyangkan tangan membunyikan "icik-icik" yang terbuat dari botol plastik diisi pasir. Teringat himbauan agar tidak memberikan uang pada anak jalanan, melainkan makanan, atau susu atau apa saja yang bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh anak jalanan, dan sekaligus dapat membantu agar anak tidak kekurangan gizi, maka kemudian saya mencari-cari apa yang dapat saya berikan. Akhirnya saya serahkan sebuah jeruk, bekal sarapan pagi.

Ibu itu mengucapkan terima kasih sambil menundukkan kepalanya. Dia cium-ciumkan jeruk itu ke hidung anaknya, lalu dia cium juga sendiri. Ibu itu segera menyelinap lenyap dan tidak melanjutkan meminta-minta ke mobil-mobil di belakang saya. Dugaan saya, dia segera akan mengupas jeruk itu untuk diberikan kepada anaknya. Nuansa kehidupan mengalir segar di pagi hari itu (tulisan lama sekitar tahun 2006).
***
Banyak dari kita mestinya tahu betapa menderitanya bila ban kendaraan yang kita tumpangi tiba-tiba kempis karena terkena paku, baik yang sengaja ditebar maupun yang tidak sengaja. Nah, suatu pagi ketika saya berjalan-jalan pagi di perumahan bersama isteri, saya melihat sebuah paku besar tergeletak di tengah jalan. Ingat pengalaman ban kempis tertusuk paku, segera saya ambil paku tersebut dan membuangnya di tempat yang aman. Nuansa kehidupan di pagi hari itu membantu saya tersenyum gembira.
***
Hidup bukanlah mengejar kematian. Hidup adalah mengejar kepantasan.

No comments:

Post a Comment