Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 18 May 2011

Kerajaan Allah

Kata Kerajaan Allah banyak kita jumpai di dalam Alkitab. Salah satu Injil yang paling banyak menyebutkan kata itu adalah Injil Matius. Oleh karena itu, tulisan ini akan banyak mengutip atau menggunakan referensi Injil Matius. Kata Kerajaan Allah dalam bahasa Yunani disebut Basileia Tou Theou. Kata Basileia ini memiliki dua arti: kerajaan dan juga takhta. Kedua kata tersebut mencerminkan adanya suatu pemerintahan – pemerintahan Allah. Dengan demikian Basileia Tou Theou memiliki arti “Tuhan Allah duduk memerintah di atas takhta Kerajaan-Nya sebagai Raja.

Bila demikian arti kata Kerajaan Allah, lalu apa maknanya bagi kita semua? Salah satu makna yang muncul dalam Alkitab adalah seperti yang tertulis dalam Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Dua hal dapat kita pelajari dari kutipan tersebut. Pertama, bahwa Kerajaan Allah itu sendiri jauh melebihi segala hal dalam kehidupan ini, maka “carilah dahulu” dan tidak perlu mencari yang lain, sebab lainnya akan segera ditambahkan (baca: diberikan) ketika Kerajaan Allah sudah kita temukan. Kedua, berkenaan dengan “kebenaran” dari Kerajaan Allah itu. Kata kebenaran ini dalam bahasa aslinya adalah dikaiosune. Kata ini selain berarti kebenaran juga memiliki arti keadilan. Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa Kerajaan Allah itu selain benar juga adil. Maka Kerajaan Allah yang melebihi segala sesuatu dalam hidup kita itu merupakan pemerintahan yang dilandasi sepenuhnya oleh kebenaran yang adil dan keadilan yang benar . Betapa bedanya dengan pemerintahan manusia.

Selain kebenaran dan keadilan pemerintahan Allah yang sungguh berbeda dengan pemerintahan manusia, perbedaan lainnya adalah “cara” atau “bagaimana” Allah memerintah. Dalam doa yang diajarkan oleh Yesus kita mengenal kata-kata “Bapa kami yang di sorga…..datanglah kerajaan-Mu…” Dari penggalan kalimat bahkan dari keseluruhan ajaran Yesus, kita mengerti bahwa Allah yang memerintah itu adalah juga Bapa kita semua. Artinya Dia menjalankan pemerintahan-Nya selayaknya seorang Bapa. Luar biasa bukan? Ajaran ini adalah murni ajaran Yesus sendiri. Tidak ada orang lain atau nabi lain yang berani mengajarkan sedemikian. Dengan demikian kebenaran dan keadilan (dikaiosune) dalam kuasa Kerajaan Allah adalah kebenaran dan keadilan seorang Bapa .
Sejalan dengan perintah Yesus untuk “mencari Kerajaan Allah” berarti pemerintahan Allah itu harus hadir di tengah-tengah kita. Pemerintahan Allah bukan sesuatu yang mengawang di sana, tetapi sesuatu yang hadir di sini. Siapakah yang menghadirkan Kerajaan Allah di bumi ini? Kristus! Ya. Yesus Kristus adalah pusat Kerajaan Allah. Banyak pernyataan dalam injil yang mengatakan bahwa “Anak manusia” yang adalah Yesus sendiri akan datang sebagai Raja (Mat 16:28, Mat. 25:31 dan Injil yang lain yaitu Lukas 11:20 dengan penekanan pada Aku -Yesus). Jadi fokus keseluruhan kesaksian Perjanjian Baru adalah bahwa pribadi dan karya Yesus Kristus merupakan pengejawantahan Kerajaan Allah yang hadir dalam sejarah kehidupan manusia. Melalui Yesus Kristus, manusia dapat melihat dan mengenal BAPA dalam diri sang ANAK .

Sang Anak yang hadir di tengah-tengah kita tentu bukan sekadar menghadirkan pemerintahan Allah saja, tetapi memiliki sebuah misi. Misi ini adalah misi keselamatan seperti yang ditulis dalam Matius 1:20-21. Misi keselamatan ini tidak dapat dijalankan tanpa sebuah proses yang menyakitkan: kematian di atas kayu salib. Oleh karena itu, dapat dikatakan misi Kerajaan Allah adalah salib itu sendiri, atau dengan kata lain, hidup sampai dengan kematian-Nya, Yesus Kristus berkarya untuk menyelamatkan umat manusia.

Dari uraian di atas kita tahu bahwa Kerajaan Allah itu sudah ada di dalam dunia ini. Demikian pula ketika kita mengamati ucapan Yesus di Matius 4:17 “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Kata sudah dekat ini dalam bahasa Yunani eggiken juga berarti sudah tiba. Ya. Kerajaan Allah nyata dalam hidup dan pelayanan Yesus Kristus. Oleh karena itu Yesus memanggil orang-orang untuk bertobat dan menyesuaikan diri pada situasi baru itu, yaitu untuk mengakui dan menerima Allah sebagai Raja atas kehidupan mereka/kita .

Namun demikian, ketika kita memanjatkan Doa Bapa Kami misalnya, salah satu ungkapannya adalah “…..datanglah Kerajaan-Mu….” Yang bisa diartikan bahwa Kerajaan Allah itu memang belum hadir. Bagaimana menjelaskan perbedaan keduanya? Keduanya benar. Jadi Kerajaan Allah itu telah didirikan dalam hidup dan pelayanan Yesus namun masih akan dipenuhi secara sempurna dalam kedatangan-Nya yang kedua .

Selayaknya sebuah pemerintahan tentu memiliki warga. Dari mana warga Kerajaan Allah itu? Kita ingat pada awal pelayanan Yesus, Dia memanggil para murid-Nya. Dalam injil Lukas malah dicatat bahwa Yesus memanggil lebih banyak murid lagi (Luk 10:1). Untuk apa? Untuk diutus oleh Yesus: mengabarkan Injil. Nah, para murid dan mereka yang menjadi percaya oleh karena pemberitaan Injil inilah warga Kerajaan Allah. Mereka adalah jemaat Allah. Maksud dari jemaat di sini adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar oleh Allah dari dunia ini untuk membaharui dunia dalam iman kepada Yesus Kristus .

Selain warga, sebuah pemerintahan juga tentunya memiliki aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku untuk dikerjakan oleh seluruh warganya. Kerajaan Allah juga memiliki hukum-hukum tersebut. Tentu hukum yang berasal dari Allah sendiri. Hukum tersebut mewujud dalam Hukum Taurat dan seluruh kitab para nabi. Namun, bukan hanya itu saja. Ketika Yesus mulai mengajar, Dia mulai mengenalkan hukum Allah yang baru. Hukum Allah yang baru itu dapat kita lihat dan pelajari dalam khotbah Yesus di bukit dalam Matius 5-7. Sebagai contoh bila hukum Taurat mengajarkan “Jangan berzinah”, maka Yesus mengajarkan “Tetapi Aku berkata kepadamu, setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:27-28). Masih banyak lagi perintah-perintah baru dari Yesus yang bertujuan membuat kita sempurna di hadapan Allah. Begitu keras kedengaran perintah Yesus ini dan sepertinya sulit untuk dikerjakan. Namun, perlu kita ingat kembali bahwa pemerintahan Kerajaan Allah ini dikuasai oleh seorang Raja yang sekaligus berhati Bapa. Dia sendiri akan memampukan kita yang terpanggil untuk hidup sesuai dengan hukum-hukum-Nya asalkan kita hidup berpadanan dengan ajaran-Nya dan hidup dalam kasih kepada Allah dan sesama. Kasih yang AGAPE, tanpa pamrih, mengosongkan diri dan berani berkorban untuk kepentingan orang lain.

Demikianlah uraian singkat mengenai Kerajaan Allah. Sebagai kesimpulan akhir, kita dapat mengerti bahwa pemahaman akan Kerajaan Allah ini memiliki beberapa konsekuensi dalam kehidupan spiritual kita.

a) Hidup kita seluruhnya berada di bawah pemerintahan Allah yang adil dan benar.
b) Raja kehidupan kita bukan kuasa-kuasa dunia dan egoisme kita, tetapi Tuhan Allah. Karena itu kita terpanggil untuk mewujudkan kebenaran dan keadilan Allah.
c) Relasi kita dengan Allah bukan relasi seorang Penguasa dengan para hamba-Nya (budak), tetapi relasi kita dengan seorang Bapa (ayah) yang rahmani. Karena itu kita datang menghampiri Dia tidak dengan perasaan takut, tetapi dengan perasaan hormat dan kasih.
d) Kita dapat menampakkan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah yang penuh dengan syalom (damai sejahtera dan selamat), adil dan benar, bila kita merajakan Kristus. Sebab Yesus Kristus adalah pusat Kerajaan Allah. Tanpa Dia, kita tidak dapat mencapai kebenaran Kerajaan Allah.
e) Sebagaimana Yesus Kristus menghayati kehidupan-Nya sebagai kehidupan yang disalibkan, maka kita sebagai anak-anak-Nya memiliki panggilan yang sama. Kita terpanggil untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti jejak dan langkah Kristus.
f) Dasar penghayatan iman kita bukan amal-ibadah dan prestasi rohani atau kesucian kita, tetapi peristiwa penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib. Jadi peristiwa salib menjadi sumber kekuatan iman kita ketika kita secara manusiawi merasa lemah dan gagal.
g) Ini berarti iman kita didasarkan pada suatu realitas sejarah sebab Kerajaan Allah telah tiba di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, iman kita harus merupakan pengharapan ke masa depan agar dalam pengharapan iman itu kita bersama-sama merealisasikan proses pemenuhan Kerajaan Allah, sehingga menjadi realitas sejarah “langit yang baru dan bumi yang baru.”
h) Tugas panggilan dan perjuangan ini bukan kepada individu-individu secara lepas, tetapi sebagai persekutuan jemaat, sebab melalui jemaat-jemaat Kristus, Allah menyatakan Kerajaan-Nya.


Sumber: Tuhan Ajarlah Aku, Y. Bambang Mulyono, BPMS GKI Jatim, 1993

1 comment: