Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Sunday 20 November 2011

Psikologi Manula (9)

Penyakit fisik yang paling kelihatan di diri manula adalah yang berkaitan dengan tulang.
Ini adalah panyakit kronis para manula.
Baik itu yang diberi nama osteoporosis ataupun osteoarthritis.
Yang pertama adalah keropos atau rapuhnya tulang, sedang yang kedua adalah rematik tulang.
Ke duanya tentu saja sama tidak enaknya.

Beberapa waktu lalu, saya tunjukkan kepada anak saya seorang oma yang kalau berjalan sangat bungkuk, sehingga badan bagian atasnya menjadi sejajar dengan tanah. Ini adalah kondisi pengeroposan tulang. Tulang sudah sangat lemah untuk bisa menopang tubuh.
Perempuan biasa lebih rentan terhadap osteoporosis ketika mereka mulai menopause.

Disamping itu, kalau diurutkan sebetulnya ada paling tidak 10 macam penyakit para manula.
Biasanya akan menghinggapi mereka satu per satu. Semakin tua, semakin banyaklah penyakit yang menggerogoti fisik ini.
Urutannya dari yang paling sering sampai yang paling jarang adalah sebagai berikut:

1. Rematik
2. Darah tinggi
3. Penurunan pendengaran
4. Jantungan
5. Kelainan tulang
6. Sinusitis
7. Katarak
8. Diabet
9. Rabun
10. Tinnitus (telinga berdenging)

Namun demikian, baik para psikolog maupun para gerontologis percaya bahwa fungsi psiko dan perilaku jauh lebih penting untuk menjaga para manula tetap bahagia ketimbang fungsi fisik yang memang akan terus menurun.
Para gerontologis tersebut menamakannya sebagai “functional impairment”. Kecacatan dalam melakukan fungsi-fungsi hidup.

Seorang kawan pernah bercerita bahwa ayahnya sejak pensiun tiba-tiba jadi disable.
Apa maksudnya? Apakah fisiknya jadi cacat? Ternyata tidak. Secara fisik dia sehat wal afiat.
Tetapi fungsi mentalnya drop banget. Si ayah sejak pensiun Cuma bisa duduk dan tidur doang.
Kalau haus teriak “minuuuuuuum” dan kalau lapar teriak “makaaaaaan”.
Si isteri yang merasa kasihan terus dengan setia melayani, maka makin amblaslah si manula ini.
Itulah salah satu contoh yang disebut dengan “functional impairment”.

Menyadari kondisi manula yang bisa bermacam-macam kondisi fisik dan mentalnya, maka para gerontologis kemudian mencoba membuat semacam studi.
Hasil studi ini kemudian disebut sebagai “index kesehatan” manula. Ada banyak hal yang diukur untuk dimasukkan ke dalam index ini, misalnya:
Soal makan dan tidur, soal pekerjaan sehari-hari, soal mengurus diri sendiri, sampai kemampuan untuk pergi sendiri ke luar rumah dan bahkan menyetir mobil sendiri.

Melihat banyak hal membebani manula dan berbagai kendala fisik dan psiko mereka, maka para psikolog maupun gerontologis atau siapapun yang berhubungan dengan manula, baik itu anak, cucu maupun perawat, sebaiknya memberikan motivasi agar si manula tetap berusaha untuk produktif dan tidak menyia-nyiakan potensinya selagi masih hidup.



Diadaptasi dari tulisan Jusni Hilwan di milis psikologi

No comments:

Post a Comment