Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 18 October 2011

Psikologi Manula (7)

Dalam seri yang ke-7 ini, kita akan melihat proses penuaan dari sisi biologi.
Ada dua kubu utama para biolog melihat proses penuaan dan kematian.
Kubu pertama mengkambinghitamkan kerusakan sel secara acak, sedang kubu kedua menganggap bahwa memang ada “lonceng kematian” dalam tubuh kita ini.

Teori kerusakan sel secara acak mengungkapkan bahwa DNA pada inti sel selalu memproduksi protein agar sel dapat menjalankan fungsinya dengan benar.
Proses ini biasa disebut mutasi.
Nah, proses mutasi ini kemudian merubah struktur DNA itu sendiri.
Karena proses mutasi ini jugalah konon ikan paus yang dulunya punya kaki sekarang kakinya berubah jadi sirip.

Sayangnya proses mutasi ini sifatnya adalah “deleting” menghapus.
Bila kemudian proses penghapusan menjadi keterlaluan, maka sel tersebut mati.
Sebenarnya sudah disediakan semacam bengkel untuk memperbaik DNA yang menjadi error karena proses mutasi tersebut.
Akan tetapi ketika manusia menjadi tua, jumlah DNA yang error makin lama makin banyak sehingga si bengkel tidak mampu lagi untuk memperbaiki.
Akibatnya makin banyaklah sel-sel yang mati.
Bila kematian sel ini kemudian menyangkut organ-organ vital, maka matilah si manusia.
Itulah teori pertama.

Biolog penganut teori “lonceng kematian” tidak menyetujui teori kematian acak sel.
Penganut teori ini berpendapat pastilah ada semacam program yang pada waktu tertentu akan dijalankan.
Pada saat itulah proses menua terjadi sampai pada amblasnya sang manusia.
Disinyalir lonceng kematian itu berada di bagian otak manusia yang namanya hypothalamus atau di sistem kekebalan tubuh kita.
Hypothalamus adalah organ sekecil cabe rawit di otak, namun fungsinya sangat luar biasa.
Ia bertanggungjawab mengatur berbagai fungsi tubuh seperti: makan, perilaku seks, suhu tubuh dan emosi kita.
Ia juga mengatur perkembangan/pertumbuhan fisik kita.
Para perempuan mendapatkan menopause juga gara-gara si cabe rawit ini yang menutup pabrik hormon estrogen misalnya.
Nah, karena begitu besar dan penting perannya, maka biolog percaya lonceng kematian mestinya bersembunyi disitu.

Tempat lain sang lonceng kemungkinan berada di sistem kekebalan tubuh kita.
Sistem ini ada di seluruh bagian tubuh kita.
Fungsinya jelas. Melawan dan mematikan sesuatu yang asing yang dicurigai dapat merusak tubuh kita ini.
Tanpa sistem kekebalan tubuh, orang sakit jangankan flu burung, flu biasa saja dapat meninggal dunia.
Ada satu kelenjar Thymus namanya yang mengatur sistem kekebalan tubuh.
Nah, kelenjar ini makin lama makin mengecil dan hilang ketika kita bertambah tua.
Maka para biolog percaya, disitulah letaknya sang lonceng kematian.
Ketika sistem kekebalan tubuh menjadi error, selain tidak mampu menahan serangan dari luar tubuh, bisa saja terjadi apa yang disebut dengan “auto-imune”.
Bala tentara kekebalan menyerang organ tubuh kita sendiri. Semacam gol bunuh diri kalau dalam sepak bola.
Dicurigai penyakit diabetes dan dimentia adalah akibat errornya sistem kekebalan tubuh ini.
Jikalau dapat dipantau penyakit apa saja yang terjadi akibat ngaconya sistem kekebalan ini, maka dapat diketahui berbagai penyakit yang diprediksi akan menimpa para manula.



Diadaptasi dari tulisan Jusni Hilwan di milis psikologi

No comments:

Post a Comment