Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 5 October 2011

Psikologi Manula (5)

Teman-temin,
kita lanjutkan lagi ya rangkaian tulisan psikologi manula ini.

Dalam pembahasan seri ke-4 kita sudah tahu bahwa ada dua kubu utama yang mengamati psikologi manula yaitu: behaviorism dan psikoanalisa.
Sekarang kita akan bahas bukan kubu, tetapi 2 tokoh beken dalam psikologi yang juga menyinggung soal manula. Mereka adalah Jung dan Erikson.

Sebenarnya Jung adalah murid dari tokoh psikoanalisa Freud. Tetapi kemudian di tahun 1912 dia hengkang karena tidak setuju dengan teori gurunya.
Kalau psikoanalisa bicara bahwa psikologi anak ketika lahir hingga balita penting untuk dibawa hingga si anak jadi aki-nini, maka Jung lebih tertarik mengamati kehidupan manusia pada paruh baya ke-2. Jadi jika umur rata-rata manusia adalah 80 tahun, bagi Jung lebih menarik mengamati mereka mulai umur 40 tahun ke atas.
Barangkali karena pengaruh Jung juga maka di dunia bule muncul istilah "Life begins at 40". Jung juga yang memunculkan istilah "mid-life crisis".

Jung berteori bahwa dari masa puber sampai seseorang berumur 30 tahunan, dia berjuang untuk dirinya sendiri. Dia ingin tampil, dilihat orang, dipuji, dihargai. Secara sosial dia akan kelihatan "passionate" hangat dengan orang lain. Pokok-e, dia pingin orang lain tahu bahwa dia ada dan exist.
Sementara sesudah umur tersebut, orang mulai mapan, "settled" istilah bulenya. Maka agresivitasnya juga menurun. Dia mulai tahu batas-batas kemampuannya.
"A man should know his limits." kata bule lagi.

Ketika saya menuliskan ini ada kabar bahwa mantan CEO Apple-corp meninggal dunia. Sebelumnya dia sudah banyak mengambil cuti dan mengundurkan diri dari dunia bisnis dan Agustus lalu juga mundur dari kegiatan sebagai CEO. Ya. Dia tahu batas kemampuannya. Steve Jobs meninggal di usia 56 tahun.

Orang-orang berusia di atas 30 tahun mulai memikirkan dunia rohani. Mereka mulai banyak melakukan refleksi - baik yang di kaki maupun yang di kepala :-)
Perhatiannya kepada sesama makin meningkat. Mampu memantu dan berbuat bagi sesama adalah hal yang membahagiakan. Terus apa hubungannya dengan manula? Secara psikologis tidak mudah melewati masa-masa transisi ini. Mereka yang kesulitan melewatinya akan tetap bergayut dengan bayangan masa mudanya. Ini membuat stress dan depresi pada kebanyakan orang. Ketika jiwanya masih ingin dihargai, dipuji-puji - tetapi kenyataanya kemampuan sudah menurun dan tidak dapat berbuat banyak. Ketika jiwanya masih ingin berarti bagi orang lain, bagi-bagi duit, traktir orang- tetapi kenyataanya duit sudah bergantung kepada orang lain atau tabungan yang ada saja. Pendek kata kalau fase ini tidak dilewati dengan baik, si manula akan terus-terusan gerah dan tidak hepi.

Namun demikian, bila fase ini dapat dilewati dengan baik, maka si manula akan menjadi manusia spirituil yang baik. Dia merasa diri lengkap jasmani rohani. Dia tahu keterbatasnnya dan oleh karenanya dapat berdamai dengan diri sendiri. Oleh karenanya dia siap dengan tegar menghadapi akhir hidupnya sendiri. Bagi manula seperti ini, kematian bukanlah titik nadir tetapi merupakan puncak dari kehidupannya.

Erikson bicara lebih luas. Psikolog yang juga sering dijuluki bapak psikologi perkembangan sosial ini membagi 8 tahap kehidupan manusia.
Tahap untuk diskusi kita adalah tahap ke-8. Dari judul tahapannya mestinya kita bisa mengerti apa-apa yang menjadi landasan teorinya. Menurut Erikson, setiap manusia harus "lulus" melewati setiap tahap. Kalau ada yang ga lulus maka dia menjadi terkendala secara psikologis dan mandeg saja pada posisi dimana dia ga lulus tadi.

Tahapan-tahapan Erikson adalah sebagai berikut:
1. HOPE: Trust vs Mistrust (0-18 bulan)
2. WILL: Autonomy vs Shame and Doubt (18 bulan - 3 tahun)
3. PURPOSE: Initiative vs Guilt (3 tahun - 6 tahun)
4. COMPETENCE: Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
5. FIDELITY: Identity vs Role Confusion (12-18 tahun)
6. LOVE: Intimacy vs Isolation (19-40 tahun)
7. CARE: Generativety vs Stagnation (40-65 tahun)
8. WISDOM: Ego Integrity vs Despair (65 tahun ke atas)

Mirip seperti teori Jung, manula yang sanggup menggabungkan integritas dirinya, ia akan bahagia menghadapi kehidupan masa tuanya dan menyambut kematian dengan senyum. Sementara yang tidak mampu, akan hidup dengan penuh penyesalan dan kemarahan atas kekurangan diri sendiri dan kelebihan orang lain.

No comments:

Post a Comment