Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Wednesday 25 November 2015

Guru

GURU. Kemarin tanggal 25 November diperingati sebagai ‘Hari Guru’. Banyak tulisan, artikel, siaran radio menyodor segala hal terkait guru. Saya sendiri berpendidikan guru, meski tidak secara formal berprofesi guru. Tidak banyak yang dapat saya ingat tentang guru-guru saya dahulu. Waktu SD ada guru yang dipanggil bu Le. Perempuan setengah baya yang sangat galak untuk ukuran waktu itu. Galak karena dia sangat disiplin. Bagi anak-anak yang memang sudah disiplin bu Le adalah guru yang baik. Sangat pemerhati. Tak ubahnya seorang ibu, dia banyak memberi nasehat supaya anak didiknya jangan sampai sakit, ditipu orang dan jangan juga jahil terhadap orang lain. Guru SMP yang saya ingat adalah guru Bahasa Indonesia. Bu Yuli. Ibu ini senang bercerita, senang menunjukkan buku-buku bacaan bagus baik karya sastra maupun popular, namun ‘ada isinya’. Bersama ibu ini juga minat baca saya tumbuh subur. Mulai SMP segala macam buku saya baca. Sejak itu pula minat saya di bidang psikologi dan teologi mulai muncul. Guru SMA yang paling nancep adalah guru Fisika, pak Win dan guru Matematika. Saya sebetulnya ‘bodoh’ di fisika, tapi pak Win suka ngajari dengan sabar. Sementara saya kagum dengan guru matematika karena setiap mengajar beliau tidak pernah membawa buku ataupun catatan apa-apa. Semua di dalam kepalanya. Lepas dari guru formal itu semua, ada banyak orang yang dihadirkan Tuhan menjadi guru saya. Mami yang mengajar saya bagaimana memakai pasta gigi dengan baik dan benar, papi yang hampir setiap sore mengajari saya aljabar dan akhirnya membuat saya jatuh cinta dengan pelajaran itu. Kakak-kakak di gereja mendorong saya saling tolong dan bekerja dalam tim, bahkan tukang palak dan tukang todong mengajar saya untuk selalu berhati-hati karena dunia luar tidak seramah di dalam rumah (26 November 2015).

No comments:

Post a Comment