Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Tuesday 10 March 2015

Dariel

DARIEL. Orang tuanya sengaja memberi nama itu. Ketika saya tanya apa artinya, mereka menjawab “Dari El, artinya: dari Allah.” Putra mereka ini memang sudah lama ditunggu-tunggu, dan waktu akhirnya ia hadir di tengah-tengah mereka, syukur yang tak terkira membuncah dalam hati. Itu anugerah, dari Allah. Dariel. Dariel menginjak usia11 tahun. Ia kelas 5 Sekolah Dasar. Hatinya bersih, pikirannya lurus. Suatu saat, usai berdoa malam sebelum tidur, ia bertanya kepada mamanya yang juga berdoa bersama di sampingnya. “Ma, sewaktu Tuhan berbicara kepada manusia, bahasa apa yang Dia pakai ya?” Mamanya terhenyak sejenak lalu menjawab,“Tentu bahasa Indonesia.” “Bagaimana kalau Dia berbicara kepada orang Amerika?” “Ya… pakai bahasa Inggris.” Kening Dariel berkernyit. “Saya yakin ada bahasa yang universal, yang dapat dipahami oleh semua orang di dunia. Satu bahasa...” Dariel membaringkan tubuhnya sambil memandangi langit-langit kamarnya. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. “Sudahlah, hari sudah malam, tidurlah dulu.” Kata mamanya sambil merapikan selimut. Dariel mengangguk, senyumnya melebar. Mamanya mematikan lampu lalu berjalan keluar. Malam makin larut. Tiba-tiba cahaya menyilaukan menembus kelopak mata Dariel. Sambil memicingkan mata Dariel melihat seorang laki-laki tua berdiri di samping tempat tidurnya. Jubahnya putih bersih bercahaya. Sekilas seperti tak asing. “Kakek? Benarkan ini kakek? Kok ada disini Kek? Bukankah kakek sudah menghadap Tuhan beberapa tahun lalu?” “Iya Dariel. Kakek sudah menghadap Tuhan, namun kakek mendengar kegelisahan hatimu.” “Kegelisahan?” “Iya. Soal bahasa yang Tuhan pakai. Bahasa yang universal, yang dapat dipahami semua orang dari semua bangsa.” “Oh…kakek tahu jawabnya?” Kakek berjubah putih itu mengangguk sambil melemparkan senyum. “Lihatlah ke dinding kamarmu sebelah sana.” Dariel menoleh. Bak sebuah film layar lebar, pada dinding itu tergambar sebuah perjalanan kehidupan seorang manusia yang sangat ia kenal. Seorang Guru yang kelahiran, pengajaran dan kematian-Nya sangat menggetarkan. Ia ingat Sang Guru pernah menjawab tanya, “…orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” Cahaya mentari pagi yang mengintip dari balik tirai jendela seperti layaknya lampu digoyang-goyang di depan mata. Kali ini Dariel benar-benar terbangun. Ke dua matanya digosok-gosok. Dinding kamarnya tetap seperti biasa. Di samping ranjangnya tidak ada siapa-siapa. “Dariel….bangun, sudah pagi.” Dariel segera meloncat dari tempat tidurnya, bergegas membuka pintu dan sambil memeluk mamanya dengan gembira ia berteriak, “Mama…! Saya sudah tahu jawaban pertanyaan semalam!!” (5 March 2015) *** Diadaptasi berdasarkan kisah bocah Afrika yang mencari tahu bahasa Allah, karya Mark Link. ***

No comments:

Post a Comment