Selamat Datang

Salam damai sejahtera dari kami untuk para pembaca sekalian. Blog ini mulai kami buat di awal tahun 2010 dengan tema Melangkah Bersama Tuhan. Nama Blog ini sesuai dengan harapan dan komitmen kami untuk menjalani tahun 2010 bersama dengan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan manusia sebagai umat kemuliaan-Nya.

Kami akan menyajikan renungan-renungan yang kami buat sendiri berdasarkan pengalaman pribadi, pendengaran dari orang lain yang diolah, maupun dari bacaan-bacaan yang kami dapat.

Selamat membaca, dan semoga membawa berkat bagi Anda semua.

Salam dari kami,

Julianto Djajakartika

Monday 19 September 2011

Psikologi Manula (4)

Dalam dunia psikologi, ada dua kubu besar yang mengamati psikologi manula.
Dua kubu itu adalah behaviourism dan psikoanalisa.
Mari kita intip sedikit teori apa yang mereka lontarkan berkenaan dengan manula.

Secara ringkas, penganut behaviorism berpendapat bahwa tindakan yang mendapat penghargaan (reinforcement) akan diulangi.
Sementara tindakan yang tidak mendapat apresiasi apapun, lama kelamaan akan hilang.
Kalau kita ingat dalam seminar-seminar, selalu saja ditekankan bahwa kita harus memberikan apresiasi, pujian kalau seseorang baik itu anak, maupun orang tua, atau manula sekalipun melakukan sebuah perbuatan yang baik, yang cocok dan menyenangkan. Pujian akan mendorong orang melakukan lagi dan lagi karena siapa yang tidak senang dipuji?

Sebenarnya orang menjadi kecanduan juga karena “rasa” enak dan nyaman yang dia nikmati. Oleh karenanya cenderung untuk diulang.
Baru-baru ini, pada saat bulan puasa lalu, adik seorang kawan meninggal dunia karena kebut-kebutan saat ngabuburit.
Berdasarkan teori behaviorism, hal itu terjadi karena dia mendapatkan apresiasi positif dari kawan-kawannya.
Wuaah...hebat! Ayo lagi! Teriakan penyemangat itu menimbulkan rasa nyaman dan enak sehingga dia mengulangi lagi perbuatannya dan lupa akan bahaya.

Kembali soal manula.
Walaupun tua, kaum manula juga masih punya perasaan.
Sehingga apresiasi positif juga diperlukan ketika menghadapi mereka.

Salah satu turunan dari teori behaviorism ini adalah apa yang disebut modelling, meniru.
Ya. Manula juga masih suka meniru. Kalau tiba-tiba manula si sekitar anda berperilaku “beda” dari biasanya, ada kemungkinan dia sedang meniru perilaku orang lain yang dianggapnya cocok dan baik. Orang lain itu bisa siapa saja. Bisa suster, bisa TV bisa teman sesama manula, bisa tetangga dan siapapun.

Satu lagi turunan teori ini adalah apa yang disebut dengan “variable reinforcement schedule”. Susah sekali menerjemahkan istilah ini. Saya jelaskan dengan contoh saja. Anda yang pernah bermain pacinko tentu mengerti betapa asyiknya permainan ini. Masukkan coin, terus putar tuas, menunggu berapa bola kita dapat untuk ditukar dengan duit. Siapa tahu kita beli coin Rp 1000 dapat tukeran Rp 5000 dan seterusnya. Siapa tahu....??
Maka jangan heran kalau ada manula di panti jompo terus-terusan berdiri dekat pintu menghadap ke jalan menunggu anaknya datang menengok.

Teori psikoanalisa beranggapan bahwa masa paling penting dalam pertumbuhan jiwa anak sampai manula adalah 5 tahun pertama hidupnya.
Apa yang terjadi dalam 5 tahun pertama itu akan menentukan apakah seorang manula akan sehat jiwanya atau tidak. Menurut psikoanalisa, pembentukan kepribadian ada yang disadari ada juga yang tidak disadari. Selain itu ada juga yang disebut dengan id, ego dan superego.
Id terbentuk sejak bayi lahir: sebuah naluri untuk hidup dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang menunjang kehidupan si jabang bayi.
Ego dan superego terbentuk selama masa kanak-kanak, ya sampai umur 5 tahun itu.
Ego adalah bagian yang disadari. Misalnya anak sadar kalau minta makan atau susu hampir selalu dikasih oleh mamanya. Sementara kalau mintanya permen atau gorengan pinggir jalan, jarang sekali mamanya memberi. Ego menyangkut logika, nalar, perencanaan. Ego membuat kita mendapatkan apa yang kita inginkan secara realistis.

Superego berkaitan dengan moral, norma-norma kehidupan. Ia terbentuk kemudian. Merupakan internalisasi dan gabungan berbagai macam ajaran, norma, aturan, larangan dari siapapun, ortu atau guru, pendeta, GSM dan sebagainya.
Inti semuanya dalam 5 tahun pertama kehidupan itu manusia dibentuk untuk jadi manusia – bukan kingkong atau munyuk.
Maka ortu paling bertanggungjawab dalam pembentukan ini, karena biasanya 5 tahun pertama hidup anak ya memang bersama dengan ortunya.

Nah, pengalaman masa kecil ini penting agar manula dapat hidup sehat tanpa problem psiko ketika kondisi kehidupan sudah mulai menurun.


Diadaptasi dari tulisan Jusni Hilwan di milis psikologi

Friday 16 September 2011

Psikologi Manula (3)

Seorang kawan bercerita bahwa isterinya yang memang ibu RT tulen punya kegiatan rutin.
Pertama adalah berkunjung ke rumah panti jompo.
Ya di tempat seperti itulah kita bisa tahu bermacam perilaku, yang positif maupun yang negatif para manula.
Mereka yang kehidupan dan geraknya mulai terkendala, sangat perlu bantuan orang lain untuk berbenah.
Dan yang paling penting, perlu ada orang lain yang memperhatikan dan mengasihi mereka.

Di Jakarta ini sering saya lihat kegiatan seperti ini di DAAI TV. Pelakunya adalah para relawan Tzu Chi.
Mereka mengajari para manula bernyanyi, sekedar bergerak untuk senam sangat ringan.
Pendek kata, membuat hati para manula gembira bukan hanya karena mereka datang membawa macam-macam makanan dan hadiah kecil, tetapi karena Tuhan masih memberikan nafas hidup bagi para manula.

Kegiatan lain isteri teman saya ini adalah membantu salah seorang tetangganya yang juga manula untuk berobat secara rutin.
Ia manula, hanya hidup dengan anak terkecil yang mesti bekerja.
Karena si om ini mengalami gagal ginjal, alhasil dia mesti cuci darah seminggu sekali. Siapa yang mengantar?
Anaknya tentu tidak mendapat izin pergi seminggu sekali mengantar ayahnya.
Nah, isteri teman ini yang kemudian merelakan diri dan waktu untuk membantu. Sebuah tindakan yang sungguh mulia.

Memang salah satu masalah manula adalah KESEHATAN.
Oleh karena itu, sejak muda mestinya orang jangan ragu-ragu untuk investasi demi kesehatan di masa tua.
Jangan malah terbalik seperti kata orang “lagi muda mengejar uang melupakan kesehatan, sesudah tua membuang uang untuk mengembalikan kesehatan.”
Asuransi juga penting. Kalau di dunia barat, asuransi kesehatan adalah “wajib”. Sebab biaya RS sungguh amat mahal.
Di Indonesia juga semakin kerasa, betapa mahalnya untuk menjadi sehat.

Sebenarnya apa saja sich yang menjadi beban pemikiran para manula? Ada orang bernama Louis Harris yang iseng melakukan polling dan hasilnya seperti ini:
1. Biaya hidup tinggi
2. Harga barang dan jasa semakin mahal
3. Kriminalitas meningkat
4. Kesehatan menurun...
5. Transportasi (karena ga bisa pergi sendirian)
6. Tapi yang paling penting – mereka juga menyatakan bahwa TIDAK BENAR usia tua adalah usia yang menyedihkan.

Dari polling di Amerika tersebut didapatkan bahwa:
87% bilang hidup mereka bahagia
84% merasa penampilan mereka masih OK
81% merasa puas bahwa apa yang dicari dalam hidup telah didapatkan.
Lagi-lagi stereotyping soal manula gugur.

Thursday 15 September 2011

Psikologi Manula (2)

Kalau kita mencoba mengingat kembali pandangan dan pendapat kita tentang manula, maka kebanyakan itu adalah stereotyping.
Apa yang teman saya daftarkan di email kemarin adalah sebagian contohnya.
Contoh yang paling sering kita dengar adalah istilah “bau tanah”. Bukan hanya orang muda yang mengatakannya, tetapi mereka yang sudah manula juga sering menyebut diri mereka sendiri “sudah bau tanah”.
Kita tidak tahu apakah manula yang mengatakan hal itu benar-benar sadar atau sekedar ikut-ikutan saja.

Pada kenyataannya, banyak dari stereotyping itu tidak benar.
Masih sangat banyak orang tua yang bahagia, yang senang melihat cucu-cucu mereka berlari kecil dan tertawa.
Masih banyak manula yang mendapat penghargaan “resilient”, “tough”, “wise” dan sebagainya dari mereka yang masih muda-muda.
Dalam salah satu kisah di Kick Andy, pernah muncul para manula yang luar biasa prestasinya.
Mereka pekerja keras untuk menghidupi yang muda. Coba...apa tidak malu-maluin tuh.
Namun mereka bahagia. Tanpa keluh kesah mereka bekerja – walau tubuh renta. Ada yang memecah batu, ada yang mengayuh becak, ada yang bersepede keliling sambil berjualan.

Sekarang ini, makin banyak kita melihat warga manula di sekitar kita.
Padahal di awal abad 20, statistik Amerika menunjukkan bahwa hanya 1 manula saja di antara 25 warga.
Sekarang statistik atau jumlah manula sudah sangat banyak dibanding warga mudanya.
Pertama-tama tentu peran KB yang menyebabkan berkurangnya warga muda karena pengendalian kehamilan.
Kedua adalah karena berkembangnya ilmu kedokteran, sehingga umur harapan hidup otomatis diperpanjang juga.
Ketiga adalah pilihan masing-masing manula sendiri – berupa pilihan gaya hidup dan pilihan makanan2 yang mendukung manusia berumur lebih panjang.
Dengan ketiga macam itulah orang bule di Amerika tahun 1900-an akan meninggal di umur 48 tahun, tapi sekarang bisa tahan sampai 74 tahun.

Wednesday 14 September 2011

Psikologi Manula (1)

Ada banyak sekali stigma atau kesan atau stereotyping orang terhadap para manula.
Seorang kawan saya mendaftarkannya dengan cukup lengkap demikian:

"Manula, yakni orang yang sudah berusia lanjut 60 tahun ke atas,
berpikirnya lambat, bergeraknya kepelanan. Mereka sudah tidak mampu lagi
berpikir kreatif seperti kita-kita pemuda pemudi. Mereka sudah
kecangcang masa lampaunya, terikat ke diri dhewek, tak bisa lagi
berkembang atau berubah. Tidak mampu untuk belajar dengan baik dan sigap
dan taro kata mereka bisa, mereka kaga mau juga. Tertambat ke
tradisinya, ke konservatifannya, mereka tidak suka penemuan yang
terkini, kaga demen ide-ide yang baru. Bukan saja mereka kaga mampu
untuk maju, mereka malah mundur ke belakang. Mereka menjadi anak-anak
lagi, sering terperangkap oleh sifat egoisnya dan mengharapkan
mendapatkan cem-macem hal dari lingkungannya, dibandingkan dengan yang
mereka sumbangin. Mereka menjadi nyebelin, sukar dibuat senang padahal
udah telmi dan loyo. Mereka hidup di masa lampaunya. Mereka tidak punya
tujuan, pikirannya ngalor ngidul, terpana pengalaman lalunya, sering
ngejabrak gak karuan juntrungannya. Merekalah kaum yang terhempas dan
terkandas, gambaran kegagalan fisik dan mental. Mereka sudah kehilangan
temannya, bojo, kerjaan, status, kekuasaan, pengaruh, gaji, dan mereka
tidak bisa menggantikan semua itu. Kerap mereka dilanda cem-macem
penyakit yang membuat mereka tidak bisa kemana-mana, kesukaan akan
makanan terkendala, keasyikan pernah hidup sehat sirna sudah. Minat
seksuil dan kegiatan seputar ML menurun drastis. Tubuhnya mengkeret,
demikian pula aliran darah ke otak yang sudah tidak memerlukan kadar
oksigen atau gula seperti dahulu. Lemah lunglai, tidak menarik, mereka
menunggu kematian, menjadi beban bagi masyarakat, keluarga dan diri
sendiri."

Kalau kita hidup di dunia barat, menurut kawan saya lebih gilak lagi.
Sebab Barat sangat mengagungkan kemudaan, dengan kegesitannya, fleksibilitasnya, dan berbagai hal yang masih dipunyai para pemuda dan pemudi.

Dunia timur memang sedikit lebih ramah dengan para manula. Mereka sering dianggap sebagai orang yang sudah banyak makan garam. Sudah penuh dengan pengalaman. Orang-orang bijak, para suhu di Tiongkok selalu digambarkan dalam wujud orang tua dengan jenggotnya yang putih memanjang.

Ketika liburan lalu saya berkunjung ke rumah seorang teman, dia sontak bertanya "Rambutmu ga disemir saja?"
Rupanya dia melihat betapa rambut putih bertaburan di kepala saya. Sambil tersenyum saya menjawab bahwa rambut putih adalah mahkota yang indah :-) Demikian saya mengutip kitab Amsal.

Konon kabarnya Allah menurutkan hukum ke-5 juga karena banyak anak muda yang tidak memperhatikan lagi para manula, khususnya orang tua mereka sendiri.

Di suatu waktu tertentu ada dua kawan bernama Bultena dan Powers yang mencoba mengadakan sebuah studi.
Mereka bertanya kepada sekelompok manula berumur 60-an tahun. Apakah mereka termasuk "middle age" atau elderly atau old.
75% menjawab middle age
10% menjawab old.

Sepuluh tahun kemudian, kepada group yang sama ditanyakan kembali apakah mereka termasuk middle age, elderly atau old.
Sekarang mereka sudah berumur 70-an tahun. Dan jawaban mereka adalah:
30% menjawab middle age
25% menjawab old

Masih sepuluh tahun lagi ditanyakan kepada kelompok yang sama.
Sekarang mereka sudah 80-an tahun umurnya. Jawaban mereka adalah:
25% cowok menjawab middle age
20% cewe menjawab middle age juga
:-)

Begitulah. Usia tua banyak dihindari dan tidak diakui oleh kebanyakan orang.